Selasa, 29 September 2009

hadiah spesial buat viena

Kuperhatikan setiap sudut ruangan. Tidak banyak yang berubah, hanya catnya kini tampak lebih baru. Dalam hati aku bergumam, "sudah dua setengah tahun aku tidak kesini." Dari ruangan tengah, keluar seorang nyonya muda bersama gadis kecil berusia sekitar satu tahun sembilan bulan. Anak itu sangat manis dan lincah. Ketika dia hampir mendekatiku, dari mulut mungilnya keluar kata, "O.. om, o.. om ciapa..?" Aku tersenyum seraya mendekatinya. "Nama Oom, Johan, namanya ciapa..?" timpaku balik bertanya. "Riani.." jawabnya. Lalu karena rindu dengannya, kupeluk dia erat-erat dan kutempelkan bibirku di pipinya berulang-ulang. Viena, si nyonya muda tersebut memperhatikan setiap tingkah polahku. Nampaknya dia senang aku akrab dengan anaknya. "Udah ya Riena, main sana sama bibi ya..?" tiba-tiba suara Viena terdengar. Pipi anaknya dikecup, lalu diantarkannya ke pembantu. Viena adalah seorang manager sukses di sebuah perusahaan swasta terkenal di Jakarta. Usianya kira- kira 29 tahun. Tingginya lebih kurang 165 cm, berkulit putih bersih. Wajahnya mirip Ida Iasha. Yang membedakan hanya ukuran dada. Dada Viena jauh lebih besar dan montok. "Kok jarang main kesini bang..?" "Lagi sibuk," jawabku sekenanya, "Oh ya, Mas Irvan kemana..?" "Keluar kota Bang, ada tugas." kata Viena lagi. Pembicaraan kami cukup akrab, maklum aku dulu sering main kesini. Saat kulihat, jam dinding menunjukkan pukul 22 :00. Hujan yang turun setibanya aku di rumah tersebut belum juga reda, malah bertambah deras. "Tidur disini aja Bang, nampaknya hujan nggak bakalan berhenti.." tawar Viena. Karena memang aku tak dapat pulang, tawaran Viena kuterima. Viena melangkah ke kamar anaknya yang lagi tidur. Sedangkan aku menuju kamar yang sudah disiapkan. Kutanggalkan pakaianku satu per satu. Pikiranku mulai menerawang pada kejadian sekitar dua setengah tahun silam. Waktu itu Mas Irvan memelas kepadaku agar aku mau menghamili istrinya, supaya dia tidak terus-terusan diledek orang karena dia tak mampu. Awalnya aku menolak, tapi karena merasa kasihan padanya, permohonannya terpaksa kukabulkan. Pada waktu yang sudah disepakati, aku menginap di rumah Mas Irvan. Tepat jam 21 :00, aku menyelinap ke kamarnya. Rupanya mata Viena sudah ditutup dengan sapu tangan oleh Mas Irvan, terus dia bergegas keluar. Sekarang gantian aku yang berperan sebagai Mas Irvan. Viena yang tengah berdiri dekat tempat tidur kudekap dari belakang, lalu kucium tengkuknya. Dia sedikit menggelinjang. Jantungku mulai berdegup, tapi aku tidak memperdulikannya. Pelan-pelan kuangkat gaun tidur Viena sebatas pinggang, kulepas BH-nya, terus kuraih buah dadanya yang ranum. Benda yang kenyal tersebut kuremas-remas. "Ouuch.. ouuch..," terdengar suaranya lirih. Kini giliran tangan kiriku bergeser ke perut bawah. Terasa celana dalamnya belum dilepas. Dengan sekali sentakan, celana tersebut berhasil kulepaskan. Sekarang pingulnya yang montok benar- benar bebas dari penghalang. Tanpa kompromi, senjataku mulai siaga. Sekali lagi tangan kiriku dengan cekatan melepaskan celana dan underwear- ku sendiri, sementara tangan kananku terus membelai payudaranya. Senjataku yang dari tadi siap tempur kian terdongak ke atas. Perlahan benda tersebut kutempelkan ke pinggulnya. "Aaacch..," terasa empuk dan menggetarkan. Nafsu kasih sayangku tambah gergolak. Zakarku yang dari tadi sudah mengeras, kutekan dan gesek- gesekkan di lipatan pinggul wanita itu. Terlihat sedikit rasa terkejut di tubuhnya. "Oooh.., kok tambah gede Mas, masukkannya pelan-pelan ya Mas..!" pintanya. Kemudian secara naluriah, Viena merenggangkan kakinya dan menunggingkan pinggulnya ke arahku agar benda yang dikelilingi urat-urat menonjol tersebut dapat terselip lebih dalam di pinggulnya. Sementara itu tangan kanannya meraih pinggulku dan ditekankan ke tubuhnya. "Ouucch Mas.. terus tekan yang keras Sayang.." suara Viena terdengar berat. Tubuh Viena menggelinjang sebagai respon dari permainanku. Pinggulnya berusaha diliukkan ke arahku, sedangkan kepalanya direbahkan ke pundakku. Tanpa basa basi lagi, kukecup pipinya dengan lembut. Gerakan pinggulku kuhentikan ketika tangan kanan Viena berusaha meraih senjataku yang menempel di pinggulnya. Respon tubuhnya sedikit terkejut saat dia menggenggam sejataku. Selanjutnya sejataku yang berukuran gede diarahkan ke vaginanya. Gerakan maju mundurku hanya berselang beberapa menit, terus kulepaskan rangkulanku terhadapnya. Kini tubuh wanita itu kubopong ke tempat tidur. Kami duduk sambil berangkulan. Kuraih kepalanya, lalu kukecup bibirnya cukup lama sampai nafasnya tersenggal-sengal. Kemudian kuarahkan senjataku ke wajahnya, terus memukul-mukulkan ke pipinya yang lembut. Suara, "Oouuch.. ouuch.." kembali terdengar saat senjataku yang semakin membengkak itu kumasukkan ke mulutnya. Dengan cekatan kedua tangannya meraih benda tersebut dan melingkarkan jarinya seolah ingin megukur diameter benda yang menggemaskan itu. Tapi lingkaran senjataku tersebut terlalu besar untuk genggaman jarinya, karena ukuran benda itu sedikit lebih besar dibanding pergelangan tanganku. Setelah puas mempermainkan senjataku, kemudian benda tersebut dikulumnya kembali dengan rakusnya. Walau Viena telah berusaha semampunya, tetapi hanya sedikit kepala senjataku yang dapat dikulumnya. Perasaanku tambah tidak karuan saat benda kebanggaanku berdenyut di mulutnya, dan tak ayal lagi, sedikit rintihan kecil keluar dari mulutku. Kuraih kepala Viena lalu kubelai manja. Kuluman mulutnya yang sensasional kulepaskan. Kini giliran aku yang mempermainkan buah dadanya yang ranum. Kedua benda yang kenyal tersebut kuremas dan elus bergantian. Putingnya kuhisap dan kupelintir-pelintir dengan lidahku dan kadang- kadang sedikit kugigit manja. "Aaouuch.. eecchh.. ouucchh.." erangan Viena lirih, lalu dia memintaku menghisap payudaranya kuat-kuat. Kini kecupanku kuteruskan agak ke bawah. Viena seakan- akan mengerti dan membaringkan tubuhnya. Pahanya dikangkangkan agak lebar, sehingga vaginanya tampak jelas dengan rambut vaginanya yang lebat. Perasanku tambah tak karuan saat melihat bibir vaginanya yang tebal. Kusentuh bagian tersebut, lalu kukuakkan belahannya. Kemudian dengan nakalnya kucelupkan jari tengahku ke lubang yang indah tersebut seraya membuat gerakan maju mundur. "Eeemm.." suara Viena menahan nikmat. Selanjutnya kutempelkan bibirku ke vaginanya yang tebal itu. Aroma khas yang keluar dari vaginanya membuat hasratku semakin bergelora. Hisapan demi hisapan kulakukan tak ubahnya seperti mengecup bibirnya. Sementara itu tangan Viena membelai rambutku. Ketika kujulurkan lidah dan membenamkan dalam- dalam ke vaginanya, rintihan Viena tak henti- hentinya memelas. "Tekan yang kuat, Sayang.., aacchh..!" Setelah kurasa Viena siap untuk disetubuhi, aku merangkul tubuhnya dan menuntunnya menungging ke arahku. Aku bersiap jongkok di belakangnya. Senjataku kupukul-pukulkan ke vaginanya sebelum dimasukkan. Melihat perbandingan ukuran senjataku dengan vaginanya, aku sedikit khawatir, bisakah senjataku yang berukuran XXL menyelinap ke vaginanya. Tapi akhirnya pikiranku segera kutepis. Yang jelas aku ingin membahagiakan wanita yang cantik ini dan ingin memberinya keturunan. Tubuh Viena kurangkul, dan senjataku kuarahkan tepat di lubang vaginanya. Pinggulku kutekan sambil membuat gerakan maju- mundur. Cukup lama gerakan ini kulakukan, tapi tak membawa hasil. Pertahanan Viena cukup tangguh. Keringat mulai membasahi tubuhku. Sayup-sayup terdengar suara wanita itu dengan manja. "Ayo Sayang, beri aku kebahagiaan..!" permintaan ini menggugah rasa sayangku terhadapnya. Tanpa berpikir panjang, kutekankan pinggulku pelan-pelan tapi kuat. "Bleess..!" kepala senjataku terdorong masuk, bersamaan dengan itu terdengar suara, "Aaacckk.., tahan Mas..!" Gerakanku kuhentikan sejenak. Dengan masuknya kepala zakar tersebut, usahaku tidak begitu berat lagi. Perlahan tapi pasti, batang zakarku yang besar terbenam ke lubang surganya. Tapi karena panjangnya belum seluruhnya dapat masuk. Batang zakarku masih tertinggal seperempat lagi di luar, walau kapala zakarku telah menyentuh mulut rahimnya. Dalam hatiku aku jangan setengah- setengah menyayangi wanita, maka batang senjataku yang masih tertinggal, kutekan hingga amblas semua. Erang tertahan keluar dari mulut Viena, "Aaacckk..!" Sejenak gerakan pinggulku kuhentihan, lalu kulanjutkan kembali. Gerakan pinggulku yang maju mundur memberikan perasaan yang tak terbayangkan buat kami berdua. Erangan demi erangan tak henti-hentinya keluar dari mulut kami. "Aaacch.. oouucch..!" terdengar dari mulutku dan Viena. Remasan dan denyutan otot vagina Viena terasa erat sekali pada zakarku, pertanda dia mau orgasme. Gerakan maju mundurku kuhentihan, tapi pinggulku kutekan erat ke tubuhnya. Tiba- tiba tubuh Viena mengejang kuat, "Aaacchh..!" lalu terhenti. Sekarang gejala yang menimpa Viena mulai merasukiku. Perasaan mau ejakulasi mulai terasa. Cepat-cepat senjataku kucabut dari vaginanya, terus kumasukkan ke mulutnya. Lalu, "Ooouucckk..!" eranganku agak tertahan bersamaan muncratnya spermaku yang hangat di mulutnya. Kuperhatikan tak ada setetes pun spermaku tumpah. Semuanya habis ditelan wanita yang manis tersebut. Setelah permainan yang panjang dan melelahkan itu, aku berbaring telentang. Kuraih Viena ke pangkuanku, lalu kepalanya kubelai manja sebagai tanda kasihku terhadapnya. 15 menit sudah Viena terbaring di dadaku. Tubuhnya yang tadi lemas mulai segar. Salah satu pahanya yang menyentuh zakarku digesek-gesekkan, sehingga membuat benda kesayanganku itu terbangun. Kini wanita tersebut mulai mengambil inisiatif permainan. Tubuhnya yang indah dengan dua buah gunung yang mengantung gemulai telah berada di atasku. Dengan tangkas kedua gunung tersebut kuraih dan mempermainkannya. "Ayo Sayang, lakukanlah apa yang kamu suka untukku..!" pintanya. Setelah itu terdengar desahan berat dari mulutnya yang sensual. Remasan kedua tanganku terhenti saat Viena mengangkat pinggulnya, lalu duduk tepat di atas senjataku yang mengeras. Tangannya menjangkau dan menggenggam senjataku, lalu menuntunnya ke lubang surga miliknya. "Ooouuchh..!" ringisan keluar dari mulutnya saat benda yang besar dan gagah itu menyelinap di vaginanya. Selanjutnya dia mengerakkan pinggulnya naik turun berirama, dan sesekali membuat gerakan memutar sambil mengeluarkan desahan- desahan manja. Wanita yang cantik ini terlihat seolah-olah melampiaskan hasratnya yang selama ini terpendam. Tiba-tiba Viena menghentikan gerakan pinggulnya. Vaginanya yang tadi meremas- remas erat senjataku kian bertambah erat genggamannya. Kini pinggulnya diturunkan sedikit demi sedikit hingga kepala zakarku menekan kuat di mulut rahimnya. Melihat gejala mau orgasme, dengan tangkas kurangkul tubuh molek tersebut, kemudian membaringkannya dalam keadaan kelamin kami saling berhubungan. Posisi Viena sekarang berada di bawah. Inisiatif menyerang sekarang berada di pihakku. Tak berapa lama setelah gerakan maju mundur pinggulku, tubuh Viena nampak mengejang. Rangkulan pahanya ke pinggulku kian erat. Situasi ini tak kusia- siakan, gerakan pinggulku kuperlambat sambil membuat gerakan lembut tapi kuat ke pinggulnya. Setelah itu perasaan tak karuan mulai menimpa diriku. Zakarku mulai berdenyut mau memancarkan sperma, sampai akhirnya, "Acchh.. oouucch..!" terdegar lagi suara dari mulut kami berdua. Kemudian terasa genangan spermaku membanjiri mulut rahimnya. "Terima kasih Mas.." Ucapan Viena kubalas dengan mengecup pipinya. "Tok.., tok.., tok.." tiba-tiba bunyi ketokan pintu terdengar. Aku tersadar dari lamunanku lalu bergegas mengenakan pakaian seadanya. "Ada apa Viena..?" "Ini Bang, pakaian tidur buat Abang, tadi kelupaan menaruhnya di dalam kamar." Melihat ada benjolan besar di selangkanganku Viena tersenyum. "Lagi melamun apa Bang..?" tanyanya usil. "Ach, nggak ada.." jawabku singkat. Wajahku sedikit merah mendegar pertanyaannya yang menggoda. Lalu dia berkata lagi, "Bang, kasian tuh Riani, kayaknya dia butuh teman buat bermain.." Setelah itu, tahulah rekan pembaca apa yang terjadi antara kami berdua. Sejak kejadian itu hubunganku bertambah dekat dengan Viena. TAMAT

nikmatnya kenalan baru

Perkenalkan nama saya Robert. Umur saya 20 tahun tinggi badan 177 cm dan berat 68 kg. Saya adalah salah satu warga keturunan. Saya merupakan salah seorang dari pulau Sulawesi, akan tetapi saya kuliah di salah satu universitas swasta di Surabaya pada tahun 2000. Saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan seorang teman saya yang belum lama ini terjadi. Namanya Lisa ***** (edited) yang juga adalah seorang warga keturunan. Saya mengenalnya ketika saya membaca suratnya di salah satu majalah bulan Desember 2000 yang mengatakan bahwa dia hendak berteman. Jadi akhirnya iseng-iseng saya mengirim surat kepadanya. Seminggu kemudian dia membalas surat saya. Setelah beberapa bulan berteman saya dikirimi foto oleh dia. Wah, rupanya orangnya cantik sekali. Belakangan saya mengetahui kalau tinggi dan berat badannya 167 cm dan berat 52 kg. Orangnya mempunyai postur badan yang benar-benar ideal. Akhirnya tepatnya Juni 2001 saat liburan kuliah dia memutuskan untuk datang ke Surabaya. Saya menjemputnya di bandar udara Juanda, tanggalnya saya masih ingat yaitu tanggal 22 Juni 2001. Setelah pesawatnya tiba saya mencari-cari dia. Tidak terlalu sulit menemukan dia karena saya sudah mempunyai fotonya. Dan rupanya orangnya benar-benar cantik, kulitnya putih pokoknya tidak rugi aku kenal sama dia deh. "Halo apakah kamu yang bernama Lisa?" "Wah kamu rupanya, kamu pasti Robert kan?" "Iya benar." "Wah rupanya kamu keren yach, hahaha.." "Thanks atas pujiannya. Mau ngobrol di sini terus emangnya sampai malam." "Yah jelas nggak donk, so jadi aku nginap di Hotel **** (edited). Kamu udah booking-kan khan?" "Tentu dong, apa mau diantar sekarang?" "Boleh aku capek banget nich, ayo berangkat sekarang!" "Ayo.." Setelah 1 jam tiba di Hotel **** (edited) tersebut saya meninggalkan Lisa tentunya atas kehendaknya karena dia ingin beristirahat. Sore- sore sekitar pukul 18 :00 dia menelepon di HP saya dan menyuruh saya untuk mejemputnya makan malam. Sekitar pukul 19 :00 saya sampai di hotel, Lisa memakai baju tank top dan rok mini yang tentunya membuat semua mata cowok tertuju pada dia. Karena Lisa sudah menunggu di bawah maka tanpa basa basi saya dan dia langsung cabut. "Mau makan di mana nich?" "Terserah dech, pokoknya aku udah lapar banget dech." "Bagaimana kalau di restaurant **** (edited)." "Beres dech, pokoknya makan." Setelah makan kemudian kami berkeliling kota tanpa tujuan. Akhirnya dia memutuskan untuk main di tempat kontrakan saya. Karena saya tinggal sendirian di tempat kontrakan saya tentunya tidak ada yang bakalan marah kalau Lisa saya bawa ke kontrakan. Di kontrakan saya, kami berdua ngobrol-ngobrol sampai tidak terasa sudah jam 23 :00 WIB. "Hah udah jam segini, gimana dong?" "Wah iya yach.. kamu mau pulang sekarang? Aku antar yuk!" "Hm, nggak enak nich, masak malam-malam aku nyuruh kamu ngantar aku, biar aku pulang sendiri aja dech naik taksi." "Jangan, masak kamu pulang sendiri? Gini ajalah mending kamu nginap di sini aja. Kebetulan di sini ada kamar kosong kok. Itu kalau kamu nggak keberatan." "Ok dech, tapi jangan macam-macam yach!" Kami mengobrol sampai pukul 02 :00 pagi. Makin lama saya melihat si Lisa semakin seksi. Tubuhnya yang seksi membuat saya sangat bernafsu tapi saya tidak berani macam-macam terhadap dia. Dan kemudian akhirnya Lisa memutuskan untuk tidur. Saya mempersilakan dia tidur di kamar saya karena di sana lebih lengkap ada kamar mandi dan ber-AC, sedangkan saya sendiri tidur di kamar yang lainnya. Sewaku Lisa masuk ke kamar mandi untuk sikat gigi saya segera menyusup masuk ke kamar saya untuk mengambil beberapa barang rahasia saya, seperti boneka dan kondom yang ada di lemari saya. Malam- malam di kamar tamu karena sangat terangsang dengan keindahan tubuh Lisa saya melalukan onani dengan boneka yang saya punyai itu. Saya ingin mencari "ayam" di luar untuk melampiaskan nafsu saya tapi sungkan sama Lisa karena meninggalkan dia. Jadi akhirnya saya memutuskan melakukan onani yang ditemani boneka cantik itu. Boneka itu memang khusus untuk pria melakukan onani. Saya melepas semua pakaian yang saya kenakan lalu memasang kondom di penis saya kemudian saya mulai menindih dan melakukan onani terhadap boneka itu karena saya sangat terangsang mengingat keindahan tubuh Lisa. Saya melakukan onani dengan boneka itu sambil membayangkan saya sedang melakukan hubungan seks dengan Lisa. Malam itu saya melakukan onani sebanyak 3 kali sampai persediaan kondom saya habis. Kalau tidak pakai kondom takutnya nanti spermanya tercecer di dalam boneka sehingga saya harus mencucinya. Lalu akhirnya saya tertidur lelap tanpa memakai apapun. Pagi-pagi ketika Lisa hendak membangunkan saya, dia langsung masuk ke kamar yang lupa saya kunci. Wajahnya bersemu merah melihat saya yang tidur dalam keadaan telanjang. Saya sendiri kaget melihat dia dengan cepat menutup daerah bagian penis saya. Kemudian dia keluar dengan tergesa- gesa dengan wajah merah. Lalu saya mengenakan pakaian dan mandi dengan segera. Setelah itu kami berdua sarapan yang disiapkan oleh pembantu tidak tetap. Karena saya ingin berduaan dengan Lisa, saya menyuruh pembantu saya pulang dengan alasan saya mau keluar. Akhirnya pembantu itu pulang dan tinggal saya dan Lisa berdua. Kemudian Lisa bertanya, "Kok kamu tidur telanjang sih, terus pake boneka segala? Itu pasti boneka untuk cowok yach?" "Wah kok tau? Abis mau gimana lagi, lihat tubuh kamu yang seksi siapa yang tahan? Mau gimana lagi, satu- satunya jalan yah onani dech." "Itu salahmu, siapa suruh kamu nggak mau minta aku waktu tadi malam?" "Hah? Jadi boleh nich saya main sama kamu?" "Kalau nggak boleh ngapain aku tadi ngomong gitu." "Wah kalo gitu aku minta sekarang yach, aku dari kemarin bener-bener nggak tahan nich." "Terserah kamu aja, soalnya aku juga nafsu sama kamu nich, tapi kamu masih ada kondom khan? Aku nggak mau ah kalau nggak pakai kondom, soalnya aku ini kayaknya dalam masa subur nich." "Wah kayaknya udah habis tuh, aku pake tadi malam untuk onani. Kalau gitu aku beli dulu dech." Setelah sarapan saya segera ke apotek membeli kondom isi 12 warna hitam lalu pulang. "Nich kondomnya udah ada nich, so bisa khan mulai sekarang." "Wah udah nggak sabaran yach?" "Ya iyalah, gimana mau sabaran kalau udah dikasih lampu hijau kayak gitu. Aku bawa kamu ke kamar yach!" "Boleh." Lalu saya menggendong Lisa ke kamar sambil berciuman. Setelah di kamar saya membaringkan Lisa di tempat tidur, lalu saya menutup pintu. Setelah menutup pintu saya menuju ke ranjang dan melihat Lisa yang sudah terlentang pasrah. Tanpa membuang kesempatan lagi saya dan Lisa segera saling berpelukan, saling meraba dan saling berciuman. Rupanya ciuman Lisa tersebut sudah sangat hebatnya. Dia sepertinya sudah berpengalaman dalam kiss. Setelah berciuman beberapa waktu saya mulai melepaskan baju dan rok Lisa dengan perlahan-lahan sambil tetap berciuman. Setelah bajunya terlepas terlihat dadanya yang sangat luar biasa. Saya sambil menelan ludah beberapa kali melihat dadanya yang besar yang masih tertutup tersebut. Dadanya itu sepertinya berukuran 36B. Dengan tidak sabar lagi saya segera membuka penutup dadanya dan terlihatlah dadanya yang sangat indah tersebut. Tanpa basa basi lagi dan tanpa meminta ijin saya langsung meraba, meremas dan mengisap dadanya. Hal itu membuat Lisa merintih- rinih kenikmatan. "Oh.. uhh.. ohh pelan- pelannhh oohh.." Kemudian saya mulai meraba-raba celana dalamnya yang nampaknya sudah basah. Melihat saya meraba-raba bagian vaginanya yang masih tertutup celana dalam kemudian dia melepaskan sendiri celana dalamnya. Wow, tampaklah vaginanya yang indah dan seperti perawan (belakangan baru saya mengetahui bahwa dia mempunyai obat yang dapat merapatkan vagina). Bulu-bulunya yang tidak tebal tetapi juga tidak tipis. Bulu-bulu kelaminnya sangat rapi menambah keindahannya. Segera saya mencium dan menjilat vaginanya yang membuat dia semakin merintih kenikmatan. Tangannya menjambak rambur saya sambil sesekali juga meremas bantal, seprei dan sebagainya. Sedangkan tangan saya tetap meraba-raba dadanya yang montok itu. Sambil tetap menjilat-jilat vaginanya yang sudah semakin basah itu, saya mulai melepas pakaian saya satu persatu. Baju dan celana begitu terlepas langsung dilempar begitu saja oleh Lisa. Jeritan kenikmatannya makin menjadi-jadi ketika saya mencoba memasukkan jari saya ke dalam vaginanya. Hal itu membuat dia tampaknya semakin tidak tahan. Saya melakukan secara begantian. Memasukkan jari lalu menjilat dan seterusnya, hingga akhirnya, "Auhh.. aahh.. oohh.. aauu keluar.." terasa ada cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Saat Lisa mencapai orgasme dia sampai mendekap kepala saya dengan kedua pahanya sehingga kepala saya terjepit di vaginanya, sehingga saya sempat merasakan cairan Lisa yang benar-benar tiada duanya. Setelah itu Lisa terkulai lemas, sedangkan saya belum apa-apa. Namun saya membiarkan dia dulu untuk meresapi keindahan yang baru dicapainya sambil menunggu dia kembali lagi. Dan benar, 5 menit kemudian tampaknya dia mulai bergairah kembali. Lisa langsung melepas celana dalam yang saya kenakan, lalu dia menyuruh saya berbaring. Sambil berbaring dia menjilat- jilat seluruh tubuhku membuat saya merasa keenakkan dan membuat saya melenguh berulang-ulang kali. Lalu semakin lama ciuman dan jilatan Lisa makin ke bawah, dan akhirnya sampai ke daerah penis. Penis saya waktu itu sudah tegak sekali karena ciuman Lisa yang dari tadi. Lalu Lisa mulai memasukkan penisnya ke dalam mulutnya dan, "Ohh.. iihh.." hisapannya benar-benar luar biasa, tidak pernah saya rasakan sebelumnya dengan wanita manapun. Dia sangat pandai dalam mempermainkan penis saya. Kadang-kadang dikulum bagian kepalanya lalu bagian bawah kepala lalu buah zakarku dan kadang- kadang pula disertai remasan yang tidak terlalu pelan tetapi tidak terlalu keras. Hal itu benar-benar membuat saya merasa kenikmatan bercinta. Hisapan Lisa yang luar biasa itu membuat saya ingin segera memulai permainan yang sesungguhnya. Akhirnya saya bangkit berdiri dan membaringkan Lisa. Saya menyempatkan mencium bibir Lisa, meremas dadanya dan mencium vaginanya. Dan rupanya vaginanya sudah kembali basah. Setelah itu saya mengambil posisi yang tepat untuk memasukkan penis saya ke vagina Lisa. Tetapi Lisa memperingatkan saya untuk memakai kondom. Lalu saya mengambil kondom yang tadi sudah saya beli dan segera memasangkan pada penis saya. Setelah siap, Lisa yang sedang berbaring mengambil bantal untuk ditaruh di bawah pantatnya dan saya segera duduk dan siap untuk menembakkan penis saya ke arah vaginanya. Pertama kali saya menyodokkan penis saya, tidak masuk. Lalu untuk kedua kalinya saya menyodoknya masuk dan rupanya tepat sasaran masuk ke dalam vagina Lisa. Saya memasukkannya perlahan-lahan mulai kepalanya, lalu masuk setengahnya dan akhirnya masuk seluruhnya, dan ketika saya mulai memasukkannya hal tersebut membuat Lisa menjerit kenikmatan. Saya dan Lisa sama- sama bergoyang penuh kenikmatan. Kadang- kadang saya meraba- raba dadanya atau bulu vaginanya sambil tetap mengeluar-masukkan penis saya ke dalam vagina Lisa dan memastikannya penis saya tidak keluar dari sarungnya. Setelah 10 menit kemudian Lisa meminta saya untuk mengganti posisi. Dia menyuruh saya berbaring lalu dia duduk di atas sambil bergoyang. Katanya posisi itu membuat dia cepat mencapai puncak klimaksnya. Dalam posisi itu kadang-kadang kami saling berpagutan, lalu aku meraba-raba dadanya yang sangat saya sukai bentuknya dan ukurannya. Tidak lama kemudian terasa di penis saya yang berada di dalam vagina Lisa ada cairan kenikmatan. Rupanya Lisa telah mencapai klimaksnya untuk yang kedua kalinya. Semenit kemudian saya merasa juga akan mencapai klimaksnya maka saya mulai menggerakkan badan saya dengan cepat dan "Croott.." sperma saya keluar dengan banyak dan segera saya cabut penis saya yang bersarung itu dari vagina Lisa. Lalu Lisa melepas kondom yang saya gunakan itu dan kemudian dia menjilat penis saya. Sejenak kami hening merasakan kenikmatan yang baru kami rasakan dan akhirnya kami tertidur. Saya dan Lisa melakukan kegiatan seks itu sebanyak delapan kali. Pertama dan kedua di kamar tidur saya. Ketiga di kamar mandi. Keempat, kelima sapai ke delapan di hotel tempat dia menginap. Kami benar-benar merasakan kepuasan yang tiada tara. Lisa di Surabaya cuma 4 hari. Kemudian dia pulang. Dan hari ini tanggal 15 Juli 2001 dia menikah karena dijodohkan. Saya akan menceritakan pengalaman pertama saya sewaktu SMU kelas 3 di Surabaya dengan WTS dan pengalaman saya dengan pacar saya yang masih virgin waktu bulan Desember 2000. Saya mengharapkan teman-teman dapat memberitahukan ingin membaca pengalamanku yang mana? Waktu SMU atau waktu sama pacar saya yang masih perawan? Bagi teman-teman yang mempunya koleksi BF dan ingin dijual dapat menghubungi saya dan bagi yang ingin kenalan silakan e-mail saya. Pasti dibalas. Dan bagi rekan- rekan cewek yang bersedia mengajar teman saya Tommy yang masih perjaka dapat pula menghubungi saya. TAMAT

memori rumah kontrakan

Hai para netter, cerita ini berdasar kisah nyata seorang teman kami. Saya punya teman sebut saja dia Edy asal kota P, Sumatera Selatan. Kami kuliah di kota J. Pengalaman ini terjadi saat kami mengawali kuliah dan bersama dalam satu kontrakan. Suka duka kami lalui bersama sampai dalam hal pacaran pun kami saling membantu dalam berbagai hal. Hingga suatu waktu Edi mendapatkan seorang pujaan hati sebut saja Dewi, sering Dewi diantar jemput kalau kuliah karena mereka satu kampus dan kebetulan kontrakan Edi berdekatan dengan kost tempat tinggal Dewi. Mereka berdua bagaikan Romeo dan Juliet. Dimana ada Edi di situ ada Dewi. Hubungan mereka pun semakin akrab dan intim. Suatu ketika, malam Minggu tepatnya Dewi minta diantar ke tempat temannya yang sedang merayakan ulang tahun. Acara sangat meriah sekali, hingga jam 24 :00 acara masih berlangsung. Tetapi Dewi mengajak pulang, karena waktu yang sudah kelewat malam. Sebenarnya Edi pun menolak karena begitu meriahnya pesta ulang tahun tersebut. Dan akhirnya Edi pun menyanggupi untuk segera mengantar pulang Dewi, malam semakin larut dan udara dingin pun menyelimuti dan menghembus sepoi- sepoi dalam deru sepeda motor Edi, mereka sempat berhenti sejenak di pompa bensin untuk mengisi bensin. Sesampai di kost tempat Dewi ternyata pintu gerbang sudah dikunci, padahal Dewi sudah pesan kepada pembantu agar pintu jangan dikunci, soalnya Dewi pulangnya ke kost terlambat. Dan akhirnya Edi pun kasih solusi. "Dewi.. gimana kalau tidur saja di kontrakanku," kata Edi. Dewi terdiam sejenak. "Gimana ya.. aku kan enggak enak sama temen kamu Ed," jawab Dewi. "Itu bisa diatur, nanti yang penting kamu mau tidak, dari pada tidur di jalan," kata Edi sambil senyum. "Ayolah keburu dilihat orang kan nggak enak di jalanan seperti ini Nan," kata Edi. Dewi pun menyetujinya, mereka pun bergegas menuju kontrakan Edi. Sesampainya di rumah kontrakan tampak sunyi dan hanya hembusan angin malam karena teman-teman Edi pada malam mingguan dan tidak ada yang pulang di rumah kontrakan. "Ayo masuk, kok diam saja," kata Edi menyapa Dewi. Dewi pun terhentak sedikit terkejut. "Teman-temanmu dimana Ed?" tanya Dewi. "Mereka kalau malam Minggu jarang tidur di rumah," jawab Edi. "Ooo gitu," sergah Dewi. Akhirnya Dewi dipersilakan istirahat di kamar Edi. "Nan, selamat bobok ya.." kata Edi. Dewi pun tampak kelelahan dan tertidur pulas. Setengah jam kemudian Edi kembali ke kamarnya untuk melihat Dewi dan sengaja kunci pintu kamar tidak diberikan kepada Dewi, tapi betapa kagetnya Edy melihat Dewi tidur hanya menggunakan BH dan celana dalam, karena saat itu posisi tubuh Dewi miring hingga selimut yang menutupi tubuhnya bagian punggung tersingkap. Entah setan mana yang menyusup di benak Edy. Edy pun langsung mendekat ke arah Dewi, dengan tenangnya Edy langsung mencium bibir Dewi. Dewi pun terbangun. "Apa-apaan kamu Ed?" sergah Dewi sambil menutupi tubuhnya dengan selimut. Tanpa pikir panjang Edy langsung menarik selimut dan Edi pun langsung menindih Dewi yang hanya mengenakan pakaian dalam saja. Dewi meronta-ronta dan Edy pun tidak menggubris, ia berusaha melepas BH dan CD-nya. Tenaga Edi lebih kuat hingga akhirnya BH dan CD Dewi terlepas dengan paksa oleh Edi. Nampak jelas buah dada Dewi dan bulu lembut kemaluannya. Dewi kelelahan tanpa daya dan hanya menangis memohon kepada Edy. Edi tetap melakukan aksinya dengan meraba dan mencium semua tubuh Dewi tanpa sedikitpun terlewatkan. Dewi terus memohon, Edi pun tak menggubrisnya. Dan setelah puas menciumi vagina Dewi, Edi melakukan aksi lebih brutal. Ia mengangkat kedua kaki Dewi di atas perut dan dengan cepat Edy mencoba memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi. Dewi menjerit tertahan dan hanya isak tangis yang terdengar, "Kumohon Ed, hentikan!" seru Dewi dalam isak tangisnya. Dan "Bleess, bleess," penis Edi masuk dalam vagina Dewi walaupun di awal masuknya cukup sulit. Edy pun mulai menggoyang pinggulnya hingga penisnya terkocok di dalam vagina Dewi. Darah segar pun keluar dari liang jinak Dewi, ia pun terus memohon. "Akh.. akh.. hentikan Ed..!" desah Dewi. Tampak sekali wajah Dewi menunjukkan kelelahan, dan sekarang hanya terdengar erangan kenikmatan di antara kedua insan ini. "Ah.. ah.. ah.." Edi pun terus mengocok penisnya dalam vagina Dewi dan beberapa saat kemudian terasa Edi akan mengeluarkan sperma, ia pun langsung mencabut dan mengocoknya dari luar dan.. "Croot.. Croot.. Serr.." sperma Edi muncrat tepat di bibir Dewi dan sekitar wajah. Mereka kelelahan dan akhirnya tertidur. Hari menjelang pagi saat itu jam menunjukkan pukul 07 :30 pagi, Dewi terbangun bersamaan dengan itu Edi juga terbangun. Edi melihat Dewi yang sedang mengenakan BH dan CD. "Antar aku pulang sekarang Ed.." kata Dewi. "Iya.. aku cuci muku dulu," jawab Edi. Edi pun mengantar Dewi pulang ke kostnya. Selang beberapa bulan hubungan mereka mulai retak, ada selentingan kabar kalau Edi mendekati cewek lain sebut saja Sinta, dan akhirnya Edi dan Dewi resmi bubaran. Tapi reaksi Edi tidak sampai di situ, justru setelah putus dengan Dewi ia gencar mendekati Sinta. Dengan berbagai cara dan upaya akhirnya Edi berhasil mendapatkan Sinta dan mereka resmi jadian. Sama seperti yang dilakukannya dulu, ia sering antar jemput kuliah Sinta dan kalaupun jemput Sinta biasanya tidak langsung pulang melainkan jalan- jalan kemana saja sambil cari makan tentunya. Sering pula Sinta diajak ke tempat kontrakan Edi lebih sering dibandingkan Dewi pacar yang dulu. Pagi itu kuliah jam ke-2 mereka satu ruangan tapi dosen tidak hadir jadi kosong, mereka berdua bergegas ke tempat Edi, sampai di kontrakan rumah sepi soalnya teman-teman ada yang ke kampus dan ada juga yang masih tidur. Mereka berdua langsung masuk kamar Edi, Sinta tiduran di ranjang sambil mendengarkan musik. Edi masuk membawakan kopi susu dan tanpa basa basi Edi membelai rambut Sinta dan Sinta pun bersandar dalam dekapan Edi. Edi langsung mencium bibir Sinta dan tangannya mulai masuk dalam baju street Sinta dan meremas-remas payudara. "Ed.. jangan dong.." desah Sinta. "Enggak apa-apa, kan cuma dikit," kata Edi, tapi Edi terus menyerang, ia melepas seluruh pakaian Sinta dan Sinta pun hanya diam tanpa perlawanan, dan jelas sudah seluruh tubuh Sinta yang kuning langsat dan payudara lumayan besar. Mereka mulai bergelut mencium dan meremas satu sama lain. "Sin, kulum dong kontolku!" kata Edi. Dibimbingnya kepala Sinta menuju kemaluan Edi dan, "Em.. kemaluanmu besar juga Ed," kata Sinta. Edi hanya diam menikmati hisapan mulut Sinta. Edi pun langsung saja menjilati dan menghisap vagina Sinta hingga mereka melakukan posisi 69. "Ugh.. Ugh.." desah Sinta. Kemudian Edi duduk dengan kaki dijulurkan, ia minta Sinta duduk di atasnya layaknya seorang anak kecil. Tepat penis Edi masuk dalam vagina Sinta. "Pelan-pelan Ed.." kata Sinta mendesah. Sinta mulai menaik- turunkan pinggulnya dan "Bleess, bleess.." kemaluan Edi masuk seluruhnya dalam vagina Sinta. "Ah.. ah.. ah.." desah Sinta sambil menggoyangkan pinggulnya. Edi pun merespon gerakan tersebut. Dan mereka melakukan gerakan yang seirama, "Ah.. ah.. ah.." desah Sinta semakin keras. "Aku nggak kuat Ed.." Edi hanya diam menikmati gerakan-gerakan yang dimainkan Sinta. Dan akhirnya, "Ugh.. ugh.. ugh.. ahh.." desah Sinta yang tubuhnya mengelenjang sambil memeluk tubuh Edi. Ternyata Sinta mencapai puncak kenikmatan. Dan Edi membalikkan tubuh Sinta tepat di bawah badannya, Edi mulai mengocok penisnya yang belum lepas dari vagina Sinta, dan "Ahk.." desah Edi dan beberapa saat kemudian Edi mencabut penisnya dan meletakkan di bibir Sinta dan "Croot.. Croot.. Serr.." sperma Edi muncrat tepat di seluruh wajah Sinta. Mereka pun akhirnya berpelukan setelah mencapai kepuasan. Semenjak kejadian itu mereka sering melakukannya di kontrakan Edi. Entah siang atau malam karena Sinta sering menginap dan tidur satu ranjang bersama Edi. Hubungan mereka semakin intim dan hanya bertahan selama 8 bulan. Hal itu disebabkan Dewi mantan pacar yang dulu mengajak membina hubungan kembali. Edi akhirnya pisah dengan Sinta dan kembali lagi dengan Dewi. Suatu sore Dewi datang ke kontrakan Edi, Dewi langsung masuk menunggu di kamar Edi karena diminta teman- teman Edi. "Edi baru mandi" kata salah seorang temannya. "Ooo," jawab Sinta, dan beberapa saat kemudian Edi masuk dan hanya mengenakan handuk dilingkarkan di pinggulnya. "Sama siapa Wii.." kata Edi. "Sendiri," jawab Dewi sambil mendekat ke arah Edi. Edi tanggap dengan situasi itu, ia langsung mencium bibir Dewi dan melepas baju street warna biru muda yang dipakai Dewi. Edi langsung mencopot BH dan menghisap puting susu Dewi. "Ah.. ah.." desah Dewi. Tangan Dewi langsung meremas penis Edi yang saat itu handuknya telah jatuh ke lantai. Edi mulai melapas celana panjang Dewi serta CD-nya. Mereka bergumul di atas ranjang. "Ah.. ah.." desah Dewi yang semakin merasakan kenikmatan. Edi mengangkat kaki kiri Dewi kemudian dengan sergapnya Edi mulai memasukkan penisnya ke dalam vagina Dewi sambil kaki kiri Dewi tetap terangkat. "Bleess, bleess.." kemaluan Edi masuk seluruhnya dalam vagina, Edi suka dengan posisi seperti itu karena vagina terasa sempit. Edi mulai menggerakkan kemaluannya keluar- masuk. "Ah.. ah.. ah.." erangan kenikmatan keluar dari bibir Dewi, Edi pun merasakan kenikmatan pula. "Ugh.. ugh.." desah Edi pelan. Beberapa saat kemudian Edi melepas penisnya, Dewi mulai menghisap dan menjilati penis Edi sambil dikocok dengan jari-jemari lembut Dewi. "Kulum dong Wi.." desah Edi. Dewi turuti saja apa kemauan Edi. Kemudian Edi kembali memasukkan penisnya dalam vagina Dewi, "Bless.." langsung masuk dan Dewi sempat menjerit tertahan karena menahan sakit. Kemudian Edi mulai menggerakkan penisnya, "Bleess.. bleess.." kemaluan Edi keluar-masuk. "Ah.. ah.. ugh.." tubuh Dewi mulai bergetar dan mengelejang. "Aku keluar Ed.." desah Dewi tapi Edi masih mengocok penisnya dalam vagina Dewi dan Dewi hanya menahan. Kedua tangannya mencengkeram kuat bibir tempat tidur sambil menahan gerakan yang Edi lakukan. Edi mulai bergetar, "Ugh.." desahnya. "Di luar apa di dalam Wi.." kata Edi pelan. Dewi hanya diam dan "Croot.. croot.. serr.." sperma Edi keluar di dalam vagina Dewi. Edi pun rebah sambil memeluk tubuh Dewi yang hangat dan lunglai. Mereka tersenyum puas. "Kamu pinter dech sekarang Wi.." kata Edi. "Pinter apa'an," jawabnya. "Pinter mainnya, belum lagi bulu vagina kamu tambah lebat." Dewi hanya tersenyum saja sambil tangannya membelai batang kemaluan Edi. Hari sudah menjelang pukul tujuh malam dan akhirnya mereka berpakaian dan keluar untuk makan malam. TAMAT

oh kekasihku

Aku seorang pemuda yang bercita-cita tinggi namaku paulus 24 tahun. Waktu itu aku masih kuliah di semester 2 ekonomi di sebuah perguruan tinggi swasta terkenal di kota ini. Aku tinggal di kota medan yang penuh dengan kesibukan orang yang bermacam-macam pekerjaan dari kerja kuli, pegawai, sampai pejabat pemerintahan. Aku tinggal di sebuah pondok yang hanya di tempati oleh seorang nenek dan cucunya yang manis, aku di situ mengontrak (kost) perbulan. Kisah ini aku angkat sekalian untuk mengenang kekasihku itu. Awal kisah ini terjadi waktu aku jalan-jalan di sekitar tempat kostku. Aku berjalan tidak tentu arah karena masalah keuangan membuatku bingung untuk membayar uang kost. Karena aku masih mengharapkan kiriman uang dari orang tuaku yang tinggal di kota Palembang, kota tempatku di lahirkan. Aku terus berjalan tidak tentu arah, menundukkan kepala ke bawah sakin bingungnya hingga aku tidak melihat sekelilingku. Rasa bingung sempat tertunda sejenak karena rasa lelah berjalan seharian. Dan kisahku pun bermulai dari situ. Karena rasa lelah, akupun mencari tempat duduk yang menurutku nyaman. "Hmm.. taman bunga," gumamku dalam hati melihat taman bunga yang ada di seberang jalan kota. Singkat cerita, aku menemukan tempat duduk yang biasa ada di taman pada umumnya, menghela napas dan menikmati tiupan angin sambil menghilangkan rasa lelahku. Belum sempat rasa lelahku kabur, dan di saat rasa bingung itu mulai menghantuiku kembali, aku mendengar teriakan seorang wanita yang kecopetan. Bertambah lagi suatu rasa dalam hatiku waktu itu. Dengan rasa kaget dan bingug karena terus terang, aku tidak tahan mendengar suara teriakan, apalagi teriakan seorang wanita, karena aku biasanya hanya suka mendengar suara desahan dari seorang wanita.. hehe. Dengan rasa yang bergelimang itu, akupun mulai mencari dari mana suara itu datangnya. Dan benar, aku melihat seorang gadis kira-kira berumur 20 tahun sedang histeris karena kecopetan. "Hmm.. lumayan juga ni cewek," sekilas terlintas di pikiranku. Sementara dia sendiri sedang panik sambil menunjuk seorang pria berlari menjauhi, yang pasti dia adalah pencopet itu. Ego kejantanan dan heroikku timbul, tanpa memikirkan lelah dan lain-lain, aku lari mengejar si pencopet. Lumayan lelah mengejar pencopet itu ditambah rasa lelahku tadi yang tidak sepenuhnya hilang, aku berhasil memojok kan si pencopet, itu juga karena dia sedang sial jalannya buntu terhalang tembok. "Hehe.. pencopet baru dan ngga kenal lokasi ni orang," pikirku dalam hati sambil mendekati. "Ayoo.. mau lari kemana kau!?" gertakku membuat dia panik. "Mau apa kau?" katanya balik bertanya. "Ehh.. kembalikan itu dompet yang kau copet!" bentakku lagi. Mungkin karena memang bandel, dia balik bertanya "Lah, kau siapa?" tidak kalah keras suaranya sambil mengucapkan kata-kata kotor. "Hahaha.." aku tertawa sok jagoan. "Kembalikan tidak dompet itu!" ancamku mulai tidak sabar. "Enak aja kau bilang kembalikan," katanya sambil mengeluarkan pisau dari balik bajunya. Aku kaget dan aku mundur 2 langkah ke belakang, "Oic," kataku tenang sambil senyum aku dan memperhatikan tingkahnya. Singkat cerita, kamipun terlibat duel. Dia menyerang dengan ganas, sedangkan aku berusaha terus menghindar untuk membuat dia lelah. Dengan bermodalkan ilmu silat yang aku pelajari waktu di kampung kelahiranku, akupun berhasil membuat si pencopet pingsan tak sadarkan diri. Aku mengambil dompet yang ada di kantongnya. Aku cari wanita tadi bermaksud mengembalikan dompetnya. Wanita itu senang karena dompetnya telah kembali. Dia ulurkan tangannya mengambil dompetnya yang di copet tadi, dan Dia tertegun menatap aku, aku jadi salah tingkah, dan Dia mengucapkan terimakasih. Dia membuka dompetnya dan mengambil uang Rp 50.000 untuk diberikan kepadaku sebagai tanda terimakasih, aku menatapnya tidak berkedip sampai Dia heran. "Maaf mbak, bukannya aku menolak pemberian mbak, tapi aku tidak bisa menerima karena aku ta di ihklas kok membantu," kataku. Dari sorotan matanya nampak Dia kecewa sekali karena kutolak pemberiannya. Kemudian Dia mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan dirinya. "Saya Wati.." dengan mengulurkan tangannya, lalu aku sambut uluran tangannya dan memperkenal kan diriku. Dia memberikan kartu namanya kepadaku dan aku menerimanya. "Bang.. ini kartu namaku kalau Abang ada perlu, ada apa-apa, kalau bisa aku bantu datanglah," pintanya. "Hmm.. iya," kataku. Tetapi tiba-tiba Dia memasukkan uang Rp 50.000 ke saku bajuku, aku terkejut. "Mbak Wati.." aku gagap jadinya, mau bilang apa, tiba-tiba saja Dia pergi dan menuju sebuah mobil sedan. Kalau tidak salah mobilnya Genio merah, karena aku melihat dari kejauhan saja dan Dia menjalankan mobilnya melaju, menghilang di tikungan jalan. Aku menarik napas panjang, "Hupp.. huhh.." suara napasku. Lalu aku melihat sekelilingku dan melihat orang-orang memperhatikan aku dengan heran, lalu aku melihat jam tanganku telah pukul 3 sore. Aku bergesan meninggalkan tempat itu sambil melihat kartu nama yang dia berikan kepadaku. Aku baca nama dan alamatnya dan aku ambil uang pemberiannya tadi. Di dalam hatiku, "Hmm.. lumayan bisa bayar uang kost," lalu aku pulang kembali ke tempat kostku. Itu awal aku bertemu dengan dirinya. Pertemuan kedua terjadi di kampus, aku melihat Dia berjalan dengan temanya. Aku heran ternyata Dia satu kampus denganku. Selidik punya selidik aku mengetahui dari temanku bahwa Dia anak fakultas sastra, lalu kuberanikan diri untuk menjumpainya tapi ada rasa ragu dan bimbang. Karena sudah niat, aku terus berjalan menuju ruang fakultas sastra, sebelum sampai pintu aku terkejut, Dia keluar dari ruang itu dan aku terkejut mau mengelak tidak sempat lagi. "Heii.." katanya. "Heii juga," balasku. "Abang kok disini?" tanyanya. Dan akupun tersenyum, "Iya.." jawabku singkat. "Ngapain abang disini?" Aku jawab, "Aku kuliah disini mbak." "Hah?" Dia heran. "Jadi abang kuliah disini yah?" Aku hanya bisa senyum saja melihat Dia heran. "Abang di fakultas apa?" "Aku di ekonomi." Lalu kami bercanda tentang kuliah dan Dia mengajak aku ke kantin untuk minum dan sekalian curhat. Setelah di kantin kami bicara tidak tentu arah dan Dia bilang, "Bang.. jangan panggil mbak.." pintanya. "Kenapa?" kataku. "Malukan.. aku kan belum tua," Aku hanya tersenyum saja. Dia tersenyum dan manis sekali. "Panggil aja wati, bang, Oke..?" Lalu aku jawab, "Oke." Disinilah awal butir-butir cinta bersemi. Kami saling bertemu dan selalu bercanda, tertawa gembira dan saling terbuka. Suatu hari, Dia ungkapkan isi hatinya kepadaku bahwa Dia suka kepadaku, dan aku pun membalas cintanya juga. Hari demi hari kami lalui hingga pada hari libur kuliah. Kami jalan- jalan menggunakan Genio merahnya. Aku yang mengendarai mobilnya. Dalam perjalan, kami mesra, di sandarkan kepalanya di bahuku, aku belai rambutnya dengan tangan kiriku. Dia makin mesra dan Dia mencium bibirku. Aku balas ciuman bibirnya. Udara dingin yang keluar dai AC mobil terasa panas rasanya karena kami sudah HOT. Aku dekap kepalanya, aku remas dada yang terbungkus Bra, dan Dia menikmati remasan tanganku. Kami sampai di puncak, yaitu di sebuah kawasan wisata terkenal di Medan, namanya Brastagi yang berhawa dingin dan sejuk. Karena kami sudah HOT, Dia berbisik ketelingaku, "Bang.. kita nginap aja yah?" pintanya. "Di mana?" kataku heran. "Di Hotel aja." Aku tidak tahu Hotel apa yang di maksudkan, aku hanya menurut saja. Dia yang membawa jalan. "Terus aja Bang, nanti sampai di tikungan belok kanan Bang." pintanya. Aku lihat memang di sebelah kanan ada Hotel yang megah. Dia menyuruh belok. Maklumlah, aku baru dua kali ke daerah yang kami tuju. Waktu itu aku bersama temanku mendaki gunung yang namanya gunung Sibayak. Aku belokkan mobil, aku cari tempat parkir yang aman, kami turun dan masuk ke Hotel itu. Kalau tidak salah, Hotel itu namanya Hotel Sibayak karena jelas terpampang papan nama Hotel itu. Setelah kami masuk dan pesan kamar, ka mi diantar room-man. Karena bangkit lagi napsu yang tertunda itu, begitu masuk kamar, aku kunci pintu. Kudekap dan kupeluk Dia. Kami berciuman dan berguman di ranjang. "Hemm.. ouuhh.." desisnya, dan aku buka perlahan-lahan baju serta BH-nya hingga polos. Aku kulum dan kuremas buah dadanya yang lumayan gede dengan pucuk yang berwarna merah muda, terus aku kulum kiri dan kanan. Dia berdesis seperti ular, "Uhh.. ahh.. ouuhh.." Dari lehernya, aku jilatin, terus turun ke perut dan makin ke bawah perlahan-lahan. Aku buka celana jeans yang dia pakai hingga lepas dan aku lihat Dia memakai celana dalam berwarna putih. Perlahan-lahan, aku buka hingga terpampang di depanku sebuah bukit yang di tumbuhi hutan yang begitu lebat. Aku sibak hutan itu, kuciumi dan kujilat. "Ouuhh.. ahh.. yahh.. ouugg.." desisnya. Aku semakin nafsu dan aku buka baju serta celanaku sehingga kami sama-sama bugil. Batang kejantananku yang sudah dari tadi tegang makin keras tegangnya ingin mencari sasaran. Dan kujilat lubang surganya dan kelentitnya yang timbul dengan tiba-tiba akibat napsunya makin memuncak. "Ahh.. ouugg.. ahh.. yaahh.." desisnya terus. Aku jilat terus kelentitnya. "Bangg.. akuu.. gak.. tahann.. mauu.." Dia mencapai klimaks, aku jilat terus. Terasa asin air yang keluar dari lubang surganya. Aku buka pahanya lebar- lebar dan perlahan- lahan aku bimbing batang kejantananku ke lubang surganya. Kuarahkan pas di lubang surganya, aku dorong perlahan-lahan. Dia kesakitan, "Aduhh.. bangg sakit.." Aku berhenti sejenak karena Dia kesakitan. Kuulangi lagi doronganku dengan perlahan dan pasti. "Slupp.." sempit sekali lubang surganya hingga batang kejantananku tidak bisa masuk. Aku dorong kedua kalinya, "Slupp.." hanya ujung kepala batang kejantananku saja yang masuk. Aku dorong terus tapi kali ini lebih kuat. "Slupp.. slupp.. bluss..plopp.." masuk batang kejantananku semua ke lubang surganya. Aku melihat darah keluar dari lubang surganya. Ternyata Dia masih "virgin" (perawan). Dia kesakitan, "Aduhh.. bangg.. sakitt.. bangg.." Aku diamkan sejenak batang kejantananku di dalam lubang surganya dan aku kulum buah dadanya yang menjulang karena nafsunya. Aku maju- mundurkan lagi batang kejantananku perlahan- lahan aku mendengar Dia mengaduh lagi, "sakit bang.. pedih.. tapi enak bang.." gumannya. Terus aku maju- mundurkan batang kejantananku. "Auoo..ahh.. yahh.. aoouupp.. yaa.. terus bang.. enak bangg.. yahh.." Dia klimaks kedua kalinya. Aku terus menyodok lubang surganya maju mundur. "Ohyahh.. ouhh.. yahh.." desisnya. Seperti ada yang meyedot batang kejantananku dari dalam lubang surganya. Aku makin cepat menyetubuhinya, hingga ada yang mengalir di dalam batang kejantananku sampai ke ujung batang kejantananku. Aku dorong terus. "Yahh.. aouuhh.. yaa.." desisku, karena tiba-tiba alirannya semakin kuat naik ke kepala batang kejantananku, aku pacu terus. "Yahh.. aouuhh.. yess.. ouugg.. yahh.. aku mauu.." tak sempat kulanjuti lagi kata- kataku, tiba-tiba, "Croott.. croott.. croott.." maniku keluar banyak, aku tembakkan di dalam lubang surganya. Dia berdesis, "Ouhh.. yahh.. uugghh.. ouhh..," ternyata Dia mau klimaks lagi. Dan Dia pegang erat leherku, Dia mencengkram erat sekali sampai ada bekas kukunya di leherku. "Yahh.. ouhh.. ya.. yaee.. yaa.." Dia klimaks lagi ketiga kalinya. Kubiarkan batang kejantananku di dalam lubang surganya. Aku berbaring di atas tubuhnya sejenak. Karena kelelahan, kami istrahat sejenak. Aku kecup kening dan bibirnya dan aku balikkan badannya sehingga Dia ada di atas dadaku dan batang kejantananku tidak aku cabut dari lubang surganya. Kami tertidur karena lama kami bergelut, kira-kira 2 jam lamanya sampai jam 3 pagi. Aku terbangun dan tiba-tiba batang kejantananku bangkit kembali. Aku balikkan tubuhnya tepat di bawah aku. Aku sodok lagi lubang surganya. Dia terbangun dan aku sodok terus lubang surganya. "Slupp.. slup.. slupp.." Tidak lama, "Ouuhh.. yahh.. croott..croott..crott," maniku keluar lagi, aku lemas dan tertidur di sebelahnya sapai pagi. Aku terbangun pada jam 9 pagi. Aku bangunkan Dia dan kami mandi bersama. Kami melakukan lagi di kamar mandi sampai puas. Setelah itu kami bersiap- siapa untuk keluar dari hotel itu dan kami bayar uang sewa hotel. Kami jalan-jalan di sekitar daerah kota Brastagi. Kami sampai di daerah yang belum pernah aku kesana, kalau tidak salah namanya Kaban jahe. Kami keliling-keling kota dan kami pulang ke Medan. Kami terus bermesraan, Dia merangkulkan tanganya di leherku, dia cium mesra bibirku sampai aku tidak bisa bernafas. Tiba-tiba di depan ada mobil yang berlawanan arah mau nabrak mobil kami. Aku banting setir ke kiri sehingga kami selamat dari maut. Setelah itu Dia tidak berani menciumi aku lagi karena takut. Kemudian kami berhenti di daerah yang kalau tidak salah namanya Penatapan. Orang-orang di daerah sana meyebutnya begitu karena banyak orang di sana melihat-lihat. Setelah kami puas melihat-lihat kami melanjutkan perjalan kembali ke Medan dan mobil kami terus meluncur mulus sampai di Medan. Aku berhentikan mobil kami di depan tempat kostku. Aku membawa Dia masuk ke dalam dan aku perkenalkan kepada nenek serta cucu pemilik kost. Mereka menyambut dengan ramah. Aku membawa masuk ke kamar kost aku yang berukuran 3 x4 luasnya. Aku kunci pintu kamar. Aku peluk Dia, kucium, dan kuremas dadanya yang menantang. Dia membalas dengan desis suara nafsunya, "Aouuhh..ahh..," kami bergumul selama 20 menit. Kubuka semua pakainya, Dia juga membuka pakainku hingga kami sama-sama polos. Batang kejantananku yang sudah tegang dari tadi kuarahkan ke lubang surganya yang masih sempit, maklum karena baru hilang perawanya. Aku arahkan batang kejantananku tepat di lubang surganya, "Slupp.. slerr.. slupp.. blees.." masuk sudah batang kejantananku. Aku sodok terus. Dia berdesis lagi, "Aouhh.. yahh.." Karena aku takut terdengar sama nenek dan cucu yang punya rumah, aku sumbat mulutnya pakai mulutku hingga Dia tidak bisa bersuara. Terus aku sodok lubang surganya, "Auohh.. ahh.. ahh.. Bangg.. aku mau keluar nih.." Aku pacu terus sampai Dia klimaks, "Serr.." Dia kelimax terasa di kepala batang kejantananku. Aku masuki terus lubang surganya tampa henti sampai klimaks. "Aouh.. yaa.. ouh.." suara desisan nafsuku. Aku pacu terus batang kejantananku sampai, "Croott..croott.." Aku keluarkan maniku di dalam lubang surganya. Kami sama-sama puas dan tertidur sejenak Kemudian aku berbenah diri, Dia juga. Aku antar Dia pulang kerumahnya dan aku kembali ke tempat kostku. Hatiku gembira dan senang dapat kekasih yang selama ini aku dambakan. Hari-hari aku lalui hingga aku menamatkan kuliah ke meja hijau. Aku mendapat nilai 'A'. Aku dapat kabar bahwa kekasihku telah menikah dengan orang lain karena di paksa kawin oleh orang tuanya. Dia tidak memberi kabar kepadaku. Aku mendengar dari teman- temanku kalau Dia sangat malu padaku sehingga Dia tidak memberi kabar apapun padaku. Dia hanya memberikan sebuah bingkisan dalam kotak yang ternyata sebuah kenang-kenang. Sebuah jam yang indah berukir emas dan sapu tangan putih serta alamat Dia sekarang. Aku kecewa, tapi apa boleh buat, karena bukan jodoh. Aku memutuskan pulang ke kampung. Kini hanya tinggal kenangan yang kubawa. Oh.. kasihku betapa sedih hati ini, begitu tega engkau hingga tidak sempat memberikan kabar apa pun padaku. Biarlah cintamu aku pendam selamanya dan akan kukenang selamanya. Hanya Doa dan kata- kata saja yang dapat aku panjatkan kepadamu. TAMAT

skandal di kantor

Sebut saja namaku Linda (samaran). Aku saat ini bekerja sebagai seorang senior marketing di suatu perusahaan multinasional yang berkantor di salah satu gedung di kawasan Jakarta Selatan. Usiaku saat ini 31 tahun. Aku sudah berkeluarga dengan satu anak yang baru berumur 2 tahun, Rio. Ia sedang lucu- lucunya. Suamiku, sebut saja Mas Edi, bekerja sebagai seorang junior manager di salah satu perusahaan swasta di kawasan CBD dekat Semanggi. Aku dan suamiku saat ini sudah mampu memiliki rumah sendiri di kawasan Cimanggis. Dengan kesibukan kami masing-masing, praktis waktu kebersamaan kami hanyalah dua hari dalam satu minggu, yakni hari Sabtu dan Minggu. Untuk itu kami memanfaatkan waktu kebersamaan sebaik- baiknya. Bagiku hubungan seks dengan suami tidak mengutamakan kuantitas. Kualitas jauh lebih penting, karena dengan kualitas hubungan yang baik maka kenikmatan yang aku peroleh justru sangat maksimal. Jadi dalam hal hubungan seks, antara aku dan suamiku tidak ada masalah. Yang menjadi masalah adalah kadang- kadang aku berfantasi ingin melakukan hubungan seks dengan orang dari kalangan lower class!! Aku sering berfantasi dan sangat terobsesi untuk berhubungan dengan orang yang memiliki gairah liar. Hal ini disebabkan karena suamiku selalu memperlakukanku dengan lembut. Itulah masalahnya!! Aku sering membayangkan bagaimana rasanya berhubungan badan dengan orang-orang yang kasar. Mungkin ini semacam fantasi liarku yang terpendam. Ini mungkin timbul dari keadaanku yang sejak kecil selalu bergaul dengan perempuan! Soalnya dari keluargaku semuanya terdiri dari anak perempuan! Dari tiga bersaudara sekandung aku merupakan anak pertama, kedua adikku perempuan dan sejak aku berumur 16 tahun ayahku meninggal sehingga praktis kami berempat termasuk ibuku perempuan semua dalam satu rumah. Begitu pula saat bekerja, di kantorku jumlah karyawan terbanyak adalah perempuan! Karyawan laki-laki hanya beberapa orang termasuk satpam, sopir serta office boy. Kata orang penampilanku sangat menarik! Aku tidak menyombongkan diri memang begitulah kenyataannya. Kulitku putih bersih. Ukuran tubuhku sangat ideal menurut pendapatku. Tinggi badanku 165 cm dan berat badanku 55 kg, dan ukuran dadaku 36B. Dengan keadaan fisik seperti ini tidak sulit bagiku untuk menaklukkan lelaki yang kuinginkan. Di kantorku ada satu orang office boy yang membuatku tertarik akan kejantanannya. Orang itu namanya Parjo, berasal dari Tegal, satu kampung denganku. Ia baru berusia 21 tahun. Orangnya tinggi besar dan wajahnya lumayan ganteng. Hal yang membuatku kadang terpesona oleh kejantanannya adalah bau keringatnya yang menyengat dan asli khas bau lelaki. Aku kerap kali membayangkan bagaimana bila aku disetubuhi olehnya. Aku sering kali memimpikan bahwa memekku digenjot oleh batang kontolnya yang dari luar celananya tampak menggembung menandakan besarnya isi yang ada didalamnya. Inilah salah satu fantasi liarku, yaitu disetubuhi oleh orang yang kasar seperti dia. Aku mudah saja dekat dengannya karena kami berasal dari satu kabupaten hanya beda kecamatan. Sebagai seorang Senior Marketing aku menempati ruang khusus sebagai kantorku. Pembaca jangan membayangkan kalau ruang khusus di kantorku ruangnya tertutup sama sekali. Tidak, ruang kantorku sebenarnya mirip-mirip aula yang luas! Cuma disekat-sekat dengan partisi. Ruang khusus yang kumaksudkan adalah dalam satu ruangan yang disekat partisi dengan luas kira- kira 2 ,5 x 2 m hanya diperuntukkan bagiku. Karyawan lain yang tingkatannya masih di bawahku biasanya menempati satu ruang yang disekat secara bersama-sama sekitar 3 atau 4 orang dalam satu ruangan. Dengan demikian aku mempunyai lebih banyak privacy di kantorku ini. Aku kerap kali membuka-buka internet terutama saat-saat istirahat pada jam-jam menjelang kerja lembur. Salah satu situs yang menjadi favoritku adalah sumbercerita.com ini. Soalnya dengan membaca kisah-kisahnya fantasiku bisa melayang sesu ai dengan alur cerita yang dibawakan si penulis! Aku tak peduli kalau itu kisah nyata atau cuma karangan si penulis.. Yang penting bagiku bisa memuaskan imajinasiku, titik! Oh ya.. Karena kesibukanku, aku kerap kali harus bekerja lembur sore hari hingga sampai jam 20.00 aku baru keluar kantor. Dalam satu minggu, mungkin aku kerja lembur selama 3 hari. Bagiku lembur lebih baik dibandingkan harus terkena macet di jalan yang tiap hari selalu menghantui Jakarta. Yach.. Dari pada waktu terbuang karena macet di jalanan, mendingan kerja lembur bisa dapat tambahan uang belanja, iya kan? Suatu sore, seperti biasanya saat menjelang lembur aku mulai asyik membuka-buka kisah- kisah erotis di situs ini. Suasana kantor sudah mulai sepi karena karyawan sudah mulai meninggalkan tempatnya masing-masing. Hal ini sudah biasa bagiku dan tidak menjadi sesuatu yang istimewa sehingga aku cuma menyahut kecil saat satu-demi satu rekan-rekanku pamitan mau pulang duluan. Aku mulai terangsang saat membaca kisah- kisah yang benar-benar erotis. Ingatanku jadi melayang pada fantasi liar yang selalu mengobsesiku. Entah karena kebetulan atau memang nasib sedang mujur.. Ternyata office boy yang menjadi incaranku saat itu sedang membersihkan ruang meeting yang besok pagi akan digunakan untuk rapat evaluasi bulanan. Ruang meeting itu persis berada di samping ruanganku sehingga saat si Parjo lewat, keringatnya yang baunya menusuk sempat tercium olehku. Fantasiku kian menggelora begitu mengendus aroma keringatnya itu. Aku segera mencari akal bagaimana caranya agar si Parjo mendekatiku. Akhirnya aku punya akal untuk menyuruhnya membersihkan ruanganku yang sengaja kubuat berantakan. Ini kumaksudkan agar Parjo berada dekat denganku dan aku bisa terus mengendus keringatnya yang seksi itu. Dengan patuh akhirnya Parjo datang juga ke ruanganku dan mulai membereskan tempatku yang memang berantakan. Aku masih tetap membuka situs ngeres ini sambil menghirup aroma keringatnya yang semakin menyengat saat ia mulai bekerja. Aku sempat meliriknya saat ia mencuri-curi pandang ke arah pahaku yang setengah terbuka. Aku memang memakai rok pendek sehingga pahaku yang putih jenjang kelihatan sangat indah dan sangat kontras dengan rok pendekku yang berwarna gelap. Parjo memalingkan wajahnya dengan malu saat kutangkap basah mencuri-curi pandang ke arah pahaku. Aku tetap pura-pura sibuk melihat monitor sambil membaca cerita erotis yang tersaji di depanku. Parjo yang sedang berjongkok membersihkan kolong mejaku tampak berhenti bergerak. Dengan sudut mataku kulihat ia sedang memperhatikan kedua pahaku dari kolong mejaku. Kubiarkan saja hal itu terjadi. Iseng- iseng aku menggodanya agar ia pusing sendiri melihat keindahan pahaku. Aku tidak menduga kalau ternyata Parjo seberani itu. Tiba-tiba aku merasa ada benda hangat menyentuh pahaku yang setengah terbuka. Aku tercekat mendapati ia senekat itu, padahal sempat kudengar masih ada suara orang lain yang sedang bercakap-cakap di ruang sebelah. Ternyata masih ada dua orang kolegaku yang belum keluar. Mereka sedang bersiap-siap pulang dan sedang berjalan mendekat ke ruanganku untuk pamitan. Aku tidak berani berteriak saat tangan Parjo yang nakal mulai menggerayangi pahaku dari kolong mejaku. Aku hanya berusaha mengatupkan kedua pahaku agar tangannya tidak bergerak terlalu jauh. Aku menggigit bibirku menahan geli saat tangannya yang kasar mengelus-elus paha bagian dalamku dan tangannya yang terjepit kedua pahaku berusaha bergerak-gerak ke atas. "Mbak Linda.. Mau lembur lagi" terdengar suara Ida salah seorang staf bagian purchasing menyapaku dari luar ruangan. "Ehh.. Ii.. Iya habis buat persiapan meeting besok" aku tergagap menjawab pertanyaannya. Aku khawatir kalau- kalau si Ida dan Dewi yang saat itu belum pulang masuk ke ruanganku dan tahu apa yang terjadi. Yang kurang ajar lagi, ternyata tangan Parjo terus memaksa bergerak ke atas hingga aku tak mampu menahannya lagi. Kini tangannya sudah mulai meraba dan meremas vaginaku dari l uar CD nylonku. Aku yang tadi sudah terangsang karena bacaan cerita ngeres semakin terangsang lagi dengan perlakuan Parjo itu. "Kita pulang duluan ya Mbak.. Sampai ketemu besok! Salam buat Rio si kecil". Suara Dewi sedikit melegakanku, karena kekhawatiranku kalau mereka akan nyelonong ke ruanganku tidak terjadi. Mereka berdua langsung keluar ruangan. Kini di kantor hanya tinggal aku dan Parjo yang saat itu masih sibuk meremas vaginaku dari luar CD- ku. Aku yang sudah sangat terangsang tidak dapat menolak lagi apa yang ia perbuat. Tanpa sadar aku membuka kedua pahaku agak lebar. Mendapat angin seperti itu, jari Parjo yang nakal segera menyusup ke dalam CD-ku dan mulai mengorek-ngorek lubang vaginaku yang sudah mulai basah. Napasku sudah mulai memburu menahan gejolak yang mulai mendesak. Konsentrasiku membaca sudah mulai hilang karena pandangan mataku mulai kabur menerima rangsangan Parjo. Kini bukan hanya tangannya yang aktif bergerilya di selangkanganku yang sedikit terbuka. Lidah Parjo pun mulai bergerak menjilati kedua pahaku sambil bersimpuh di depan kursiku. Rok pendekku dipaksanya terbuka hingga pahaku semakin terbuka. Lidah Parjo yang panas menggelora mulai bergerak-gerak liar menyapu seluruh permukaan kulit pahaku yang sangat sensitif. Tubuhku semakin menggigil menahan geli saat lidahnya menyusuri kulit pahaku disertai dengan gigitan-gigitan kecil. Gila, Parjo rupanya tahu kalau aku sedang membuka cerita ngeres saat ia masuk dan kusuruh membersihkan ruanganku sehingga ia berani berbuat kurang ajar padaku. Aku sebetulnya tadi cuma menggoda saja. Aku tidak menduga kalau akan sejauh ini. "Jo.. Jang.. anhh" aku mendesis tapi tidak berani berteriak karena takut kalau ada orang yang mendengar. Namun Parjo rupanya sudah kesetanan. Pantatku ditariknya ke bawah hingga aku terduduk di ujung kursiku. Hal ini memudahkan Parjo menyingkap rokku dan menarik CD-ku hingga ke lututku. Tanpa membuang waktu, Parjo mengangkat kedua pahaku dan mementangkannya di atas kepalanya. Wajahnya menyuruk ke selangkanganku dan lidahnya menghunjam ke dalam lubang vaginaku yang sudah sangat basah. Aku tak mampu bergerak lagi. Tangannya yang kokoh memegang erat kedua pahaku hingga tak bisa lagi bergerak. Aku takut memberontak karena aku sudah duduk di ujung kursi, jadi kalau bergerak dengan keras aku mungkin bisa jatuh. Aku hanya pasrah dan menikmati saja apa yang seharusnya tidak boleh kulakukan. Aku memang terobsesi bercinta dengan orang kasar seperti dia, namun itu hanya sebatas fantasi liarku. Aku tidak ingin mengkhianati suamiku. Desakan birahi semakin menyergapku saat lidah Parjo menyeruak masuk ke dalam lubang vaginaku dan bergerak kasar menggesek-gesek menggelitik lubang vaginaku. Lidahnya yang kasar bergerak liar semakin dalam ke dalam lubang kemaluanku. Napasnya yang menggemuruh kurasakan menghembus bibir vaginaku. Mataku mulai berkunang-kunang menahan gejolak nafsuku yang kian meledak-ledak. Perutku sudah mulai kejang karena bibir Parjo mulai menyedot-nyedot itilku yang sudah sangat membengkak. Aku hampir saja mencapai orgasme saat tiba-tiba telepon di mejaku berdering. "Jo.. Stop.. Stopp" Seolah-olah tersadar akan keadaanku, aku segera berteriak keras menghentikan aktivitas Parjo. "Ma.. Maaf Bu.." ujarnya. Mungkin karena takut aku akan berteriak, Parjo segera berhenti dan langsung keluar ruanganku serta menghilang ke dalam meeting room. Aku segera membereskan pakaianku yang acak- acakan dan mengatur napas sebelum mengangkat telepon. "Halloo.." sapaku di telepon. "Mah.. Ini aku Edy! Mau pulang sama-sama enggak?" terdengar suara suamiku di seberang sana. "I.. Iya.. Aku tunggu Pah.." akhirnya aku memutuskan untuk jadi lembur hari itu. Aku merasa bersalah dengan suamiku. Untung saja tadi suamiku menelepon hingga aku tidak berbuat terlalu jauh dengan si Parjo. Untuk menutupi rasa bersalahku sekaligus menuntaskan apa yang tadi telah dimulai oleh Parjo, malam itu aku mengajak suamiku bermain cinta. Aku melayani suamiku secara tota l. Kami yang biasanya bermain cinta sekali, malam itu aku meminta suamiku menyetubuhiku hingga tiga kali. Gila! Untung saja suamiku tidak terlalu curiga dengan keganjilan ini. Hari ini aku selamat dari perbuatan selingkuh.

Senin, 28 September 2009

gadis mall

Nama saya Jonathan (tentunya bukan nama asli saya) dan saya saat ini sedang bekerja di sebuah perusahaan komputer di Singapore. Kebetulan, saat ini saya sedang diberi cuti oleh perusahaan tempat saya bekerja sehingga kesempatan ini saya gunakan untuk pulang ke Indonesia. Sehari di Jakarta setelah bertahun-tahun di Singapore membuat saya pangling apalagi jalan ke arah rumah saya, sehingga saya mempercayakan jalan ke rumah saya kepada supir taksi dan saya tahu kalau saya sedang dipermainkan olehnya karena setelah saya tiba di alamat rumah saya, saya mesti membayar sejumlah uang yang cukup mahal untuk ukuran orang Indonesia. Setibanya di rumah, saya bertemu kedua orang tua saya dan kakak perempuan saya. Setelah kami bercakap- cakap mengenai pengalaman kerja saya di Singapore, mereka langsung mengajak saya untuk berjalan-jalan ke Plaza Senayan. Kami akhirnya pergi bersama- sama setelah saya selesai bersiap-siap dan menyisir rambut. Keindahan Plaza Senayan membuat saya takjub apalagi saya baru 2 kali mengunjungi pusat perbelanjaan tersebut. Di depan salah satu toko busana, kedua orang tua saya menyuruh kami untuk jalan sendiri- sendiri karena memang itu merupakan kebiasaan keluarga kami jika sedang pergi ke mall, berhubung saya dan kakak perempuan saya memiliki sifat shopping yang berbeda. Saya lebih menyukai benda- benda yang berhubungan dengan komputer sementara kakak perempuan saya lebih menyukai parfum dan busana perempuan. Kami berjanji akan bertemu di depan toko busana yang sudah ditentukan 2 jam kemudian. Saya akhirnya berjalan- jalan mengitari boulevard pertokoan Plaza Senayan, saya melihat harga barang- barang yang cukup murah jika dibandingkan dengan harga barang- barang di Singapore sehingga kadang- kadang ada keinginan untuk membelinya, hingga suatu saat saya dikejutkan oleh sebuah teriakan dari seorang gadis, "Tolongg.. copett.." Mendengar teriakan gadis itu, saya secara refleks mengejar seorang pria berkulit gelap yang dimaksud oleh gadis tersebut sehingga akhirnya saya berhasil menangkap pria tersebut dan sebelumnya memberikannya beberapa tonjokan dan tendangan sehingga dia sempat KO untuk beberapa saat. Saya mengambil tas dari pria tersebut dan mendekati gadis muda yang sedang mengalami shock sementara setelah tasnya dicopet. Saya mengembalikan tas itu kepada yang punya dan sebagai terima kasihnya, gadis muda itu memperkenalkan dirinya. "Nama saya Nike D**** (edited) dan saya berterima kasih kepada Mas yang telah membantu saya mendapatkan kembali tas saya", jawabnya dengan wajah sendu. Kemudian Nike mengajak saya pergi ke suatu cafe dan dia berkata bahwa dia akan membelikan saya minum apa saja sebagai tanda terima kasih. Saya berpikir apa salahnya menerima hadiah cuma- cuma ini sehingga saya mengiyakan saja dan pergi bersamanya ke suatu cafe yang tidak jauh dari tempat kita berdiri. Kami memilih suatu lokasi yang cukup jauh dan tersembunyi, dan ternyata saya baru sadar bahwa dia telah memilih suatu tempat yang sangat mahal karena ini adalah VIP Place. Saya berpikir bahwa gadis muda ini adalah seorang gadis yang sangat kaya. Akhirnya saya tetap duduk dan tidak mempedulikan Nike yang sedang bercakap-cakap serius dengan seorang waiter dan waitress yang menunggu di meja depan. Setelah beberapa lama mereka bercakap-cakap, Nike menuju ke arah meja dimana saya berada sambil melemparkan senyum dan saya hanya memberikan senyum balik kepadanya. Ketika dia duduk di sebelah saya, saya sungguh kaget setengah mati karena dia langsung memeluk dan mencium wajah saya sehingga saya langsung membalasnya dengan penuh rasa senang karena ini merupakan kesempatan dalam kesempitan. Kami hanyut dalam French Kiss untuk beberapa saat dan saya sungguh terkejut karena disaat kami sedang melakukan french kiss, Nike langsung memasukkan tangannya ke dalam celana panjang saya sehingga batang kejantanan saya yang tadinya sedang tertidur tiba-tiba langsung bangun menjawab respon dari tangannya yang putih mulus tersebut. Permainan tangannya mengocok batang kemaluanku membuat kenikmatan tersendiri dalam batinku dan tanpa kusadari, tanganku langsung menggerayangi payudaranya yang masih tersembunyi di balik baju T-Shirt-nya. Saya ingin sekali melanjutkan perbuatan ini lebih jauh tetapi saya takut jika tiba-tiba ada tamu masuk ke dalam cafe ini dan melihat apa yang sedang kami lakukan dan nampaknya Nike membaca apa yang sedang saya pikirkan dan dia berkata, "Jika Mas takut orang lain melihat, jangan khawatir karena percaya atau tidak saya sudah membayar ruangan VIP ini seutuhnya sehingga tidak akan ada orang yang berani lancang masuk ke dalam ruangan ini, karena sebenarnya saya adalah anak dari salah satu pejabat negara dan saya tidak akan memberitahukan siapa ayah saya.." Aku masih bingung dengan kalimat kalimatnya tetapi kebingunganku dijawab dengan cepat oleh ciuman mesra di bibirku dan tangannya mulai membuka celanaku sehingga sekarang aku sudah tidak memakai celana lagi. Nike membiarkan aku di meja sofa merah itu dan dia langsung membuka celana panjangnya serta celana dalam berwarna merah muda sehingga saya sekarang dapat melihat sebuah pemandangan yang sangat erotis karena saya sedang melihat seorang gadis muda yang masih memakai baju tetapi di bagian perut ke bawah tidak memakai apa-apa lagi. Nike mendekatiku sambil tersenyum penuh nafsu dan langsung memeluk serta menciumku yang masih bingung apa yang sedang dialami oleh diriku. Dia kemudian meraih batang kemaluanku yang masih tegang dan mengocoknya dengan penuh perasaan sehingga saya mendesah terangsang menghadapi sensasi yang nikmat dari kocokannya. Tiba-tiba dia menghentikan pekerjaannya dan kemudian langsung naik ke atas tubuh saya dan dengan penuh kemesraan, dia mulai mengarahkan batang kemaluan saya yang masih tegang ke dalam liang kenikmatannya. Disaat batang kemaluan saya memasuki liang senggamanya, saya merasakan suatu perasaan nikmat. Saya terus menaik-turunkan selangkangan saya dan dibalas oleh Nike dengan ritme yang berlawanan dengan apa yang saya lakukan. "Ohh, arghh.. Jonathan ini hadiah untukmu karena telah menyelamatkan tas saya dari tangan pencopet.. hmm.. kontolmu oke juga ya", dan kata-kata seperti itulah yang saya dengar darinya sambil terus meliuk-liukkan badannya laksana cacing yang sedang kepanasan sehingga perasaan nikmat itu makin memenuhi batinku sehingga aku makin bersemangat menjawab goyangan-goyangan nikmatnya. Tak lama kemudian, dia mencabut batang kemaluan saya dari liang senggamanya dan menyuruh saya bangun. Saya menuruti perintahnya dan ketika saya sudah bangun dari sofa merah itu, dia langsung gantian tiduran di sofa merah tersebut. Saya mengerti apa yang dia maksudkan dan tanpa basa-basi, saya langsung menyerang tubuhnya dan langsung menancapkan batang kemaluan saya yang masih tegang. Maklumlah, saya sangat terangsang oleh perbuatannya sehingga saya mesti menyelesaikan seluruh permainan ini. Ketika saya hendak memasukkan batang kemaluan saya ke dalam liang senggamanya, saya melihat ada darah keluar dari liang kewanitaannya dan saya percaya bahwa dia masih perawan. Perasaan gembira mendapatkan perawan Plaza Senayan dan rasa horny yang sudah sampai di ubun-ubun, membuat saya langsung menancapkan batang kemaluan saya ke dalam liang sorganya dan kemudian saya menggoyang- goyangkan selangkangan saya sehingga batang kemaluan saya sepertinya sedang mengebor liang kewanitaan Nike dan membuat batin saya semakin berdebar-debar dan membuat saya semakin bernafsu. Desahan kami dan cucuran keringat kami mulai meramaikan suasana ruangan VIP itu dan suara desahan erotis kami hanya diganggu oleh background musik jazz dari cafe tersebut. Tak berapa lama kemudian, saya merasakan bahwa saya akan menyelesaikan permainan ini karena saya ingin mengeluarkan sperma saya ke dalam liang senggamanya tetapi berhubung takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan nantinya, saya meminta persetujuan darinya tetapi jawabannya sunggu h tidak saya duga, "Keluarkan saja di dalam Mas, saya ingin sekali mendapatkan anak dari Mas dan saya tidak akan meminta pertanggungjawaban dari Mas kok.. anyway, saya juga ingin klimakss.." Selesai mengucapkan kata-kata terakhir, Nike memeluk saya dan menciumi saya dengan penuh nafsu dan tak lama kemudian, saya langsung bergetar hebat dan saya merasakan bahwa batang kemaluan saya sedang memuntahkan lahar hangat ke dalam liang senggamanya dan disaat yang bersamaan itu, dia berkata, "Mas, enak banget.. anget seperti permainan mas, Mass.. aku udah klimaks.." dan aku percaya bahwa dia menyukai lahar panas yang keluar dari batang kemaluanku itu. Setelah permainan itu selesai, dia langsung menyuruh saya bangkit dari pelukannya dan dia menyuruhku untuk berkemas-kemas. Setelah kami berpakaian kembali, dia mendekatiku dan mencium bibirku. "Ini hadiah untuk Mas dan ini adalah saat pertama dan terakhir saya mengenal Mas, sehingga saya tidak akan memberikan Mas nomor telpon saya.. Mas, tolong tunggu sebentar di sini." Setelah itu, Nike meninggalkan saya dan mendekati pelayan yang tersenyum kepadanya dan kemudian memandang saya sambil tersenyum penuh arti. Saya melihat Nike memberikan setumpuk uang kepada pelayan itu dan saya yakin bahwa itu pasti jutaan dan bahkan tampak sekilas, Nike memberikan satu paket uang dollar kepada pelayan Cafe tersebut dan setelah itu, dia mencium pipi pelayan tersebut. Saya menjadi semakin bingung dengan sifat gadis muda yang baru saja saya perawani itu. Setelah itu, Nike menuju ke arahku lagi dan menyuruhku untuk meninggalkan cafe tersebut dan melupakan apa yang telah terjadi. Saya menuruti perintahnya, kemudian saya langsung pergi menuju toko busana untuk bertemu keluargaku dan ternyata mereka sudah menungguku sejak tadi. Setelah kulihat jam tanganku, baru kusadari bahwa aku telah terlambat 30 menit dari waktu perjanjian dan setelah saya mengucapkan, "I'm sorry..", kemudian kami berempat langsung pergi meninggalkan Plaza Senayan untuk pulang ke rumah. Di dalam perjalanan ke rumah, saya masih tidak percaya apa yang telah saya alami hari ini di Plaza Senayan. Saya benar-benar tidak menyangka bahwa saya bisa mendapatkan Perawan Plaza Senayan hanya karena menangkap pencopet. TAMAT

bercinta di pantai

Saat itu masih pagi, sekitar jam 6.30. Matahari mulai muncul di ufuk timur. Udara terasa di dingin di dalam kamar dan menembus daster satin tipis yang saya kenakan. Saya sudah terjaga cukup lama di tempat tidur dan akhirnya bangun juga untuk ke kamar mandi, sekedar cuci muka dan sikat gigi. Setelah minum kopi, saya memutuskan untuk berjalan-jalan ke pantai di belakang cottage tempat saya menginap. Kebetulan cottage ini mempunyai pantai yang secluded tapi indahnya luar biasa. Saya berlibur sendirian di sini karena memang tujuannya untuk menyendiri, mumpung kuliah juga masih libur. Itung-itung refreshing dari kehidupan kota yang bising. Setelah mengenakan bikini pink, mengambil novel, sunglasses Armani, akhirnya berangkat juga saya ke pantai tersebut. Oh ya, sebenarnya risih juga mendeskripsikan bagian tubuh sendiri, tapi rasanya kurang pas kalau 'blank' tidak ada bayangan apa-apa. Bukan seperti yang anda bayangkan, nothing special in me.. everything's in average size. Usia saya 22 tahun, tinggal di kota S. Tinggi saya sekitar 160 cm, berat 50 kg. Saya berkacamata minus tapi lebih sering memakai contact lens. Rambut hitam di-highlight merah pendek sebahu, kulit saya kuning langsat sebagaimana warna kulit keturunan China pada umumnya. Untuk ukuran payudara, seperti yang saya bilang tadi, rata- rata, tapi cukup bulat dan padat. Kecuali paha saya.. ukurannya lumayan tapi proporsional kok. Dari itu semua yang paling saya sukai adalah leher saya yang jenjang dan sensitif serta pinggul saya yang membuat siluet tubuh saya lebih 'pas'. Anyway, setelah jalan beberapa menit, sampailah saya di pantai itu. Masih sepi sih kalau pagi begini, mungkin orang-orang masih baru bangun atau sedang breakfast. Biasanya di pantai ini memang sudah umum orang bertelanjang, malah jika ada yang ingin 'ML' disitu pun tidak dilarang kok. Karena tidak ada partner dan tidak ada pikiran kesitu, sayapun cuek saja, pokoknya mau santai nih ceritanya. Setelah menggelar handuk pantai, saya pun rebahan, tengkurap sambil baca novel Harlequin yang saya bawa tadi. Saya memang penggemar novel Harlequin, jadi ke mana- mana bawaannya novel- novel itu saja. Ceritanya bagus, sering nyerempet-nyerempet malah, dan itu yang bikin tambah asyik. Baru 10-15 menitan tenggelam dalam novel, tiba-tiba saya terganggu dengan bayangan yang menutupi halaman yang sedang saya baca. Kontan saja saya langsung mendongak sambil mengernyit silau. Maklumlah, sunglasses saya kacanya tidak begitu gelap, jadi kadang masih sedikit silau. Akhirnya bersuara juga tuh si pemilik bayangan, "Sorry, Do I interrupt you?". "Yes, if you keep standing there," jawabku judes, abis kesel sih konsentrasiku terganggu. Mendengar jawaban ketus begitu orang tersebut tidak marah, malah tersenyum dan bergeser ke sampingku dan berbaring di situ. "Kalo di sini nggak menggangu kan?" tanyanya. "Oh, nggak pa-pa kok," jawabku sambil tersenyum. Abis dia cakep sih, badannya tinggi atletis, dadanya bidang dan rambutnya kecoklatan, kalau warna mata sih masih belum kelihatan, abis sunglasses yang dia pakai gelap sekali. Dia memakai celana renang Speedo yang segitiga, warna biru muda, sexy sekali. Dijejerin cowok cakep begini lumayan asyik sih tapi nervous juga, akhirnya novel tetap dibuka tapi tidak kebaca isinya. Sejauh ini dia masih cuek saja, tidak melakukan tindakan apa-apa. Tiba- tiba dia duduk (sedari tadi tiduran) dan menyapa saya, "Hai, saya Steve. Nama kamu siapa dari tadi kok diem terus, emangnya novelnya seru bener ya?" Lumayan seru sih, sebelum kamu datang, batinku. "Ah nggak kok biasa aja. Kenalin, saya Sandra." "Nama kamu manis deh, persis ama orangnya," jawab Steve. Saya cuma tersenyum sambil say thank's saja dan mulai berpikir kalau orang ini ada maunya kali. Benar saja, dia minta tolong untuk mengoleskan suntan oil di punggungnya. Nih orang berani amat.. siapa takut. Saya ambil botol minyak dari tangannya lalu saya tuangkan sedik it di tangan dan saya oleskan ke punggungnya. Sambil senyam-senyum dia bilang kalau olesan saya mantap dan rasanya tangan saya cocok sekali di badannya. Tuh kan para cowok memang hobby ngegombal. Saya kira setelah itu selesai, ternyata tidak semudah itu lolos darinya. Karena saya sudah membantunya akhirnya dia menawarkan untuk mengoleskan suntan oil itu ke badan saya. Alasannya sih karena dia lihat saya belum memakainya dan sayang kalau kulit saya yang mulus ini terbakar sinar matahari. Kembali sikap yang 'gentleman' menang. Pertama sih, dia mengoleskan di punggung saya, pelan- pelan sambil dipijat. Enak banget deh rasanya. Karena ada tali bikini, dia bilang nggak enak kalau nggak dilepas dan dia menawarkan untuk membantu melepaskan ikatan tali bikiniku. Namanya bikini kan cuma seutas tali pegangannya, topless deh saya sekarang. Sudah telanjur basah sih, terusin saja. Sambil memijat-mijat, Steve bilang kalau dia suka sekali terhadap pinggul saya dan dia pijat pelan- pelan. Saya pun mengerang pelan, karena saya pinggul saya cukup sensitif, jangankan dipijat, dielus saja bisa bikin on kok. Melihat respon saya, Steve malah tambah berani. Karena dapat lampu hijau, tangannya pun mulai turun ke paha saya yang makin panas dingin. Ternyata tangannya yang pada awalnya mengelus paha, mulai mencari-cari. Otomatis saya buka kaki saya dan dia mulai menyingkap tali celana bikini saya. Jarinya yang besar itu berusaha masuk ke lubang kemaluan saya. Mana mungkin saya diam. Saya memang enjoy sih dikasih permainan jari oleh cowok, tapi tidak terlalu suka masturbasi. Tangan Steve yang licin karena minyak, tambah licin lagi kena juice dari liang senggama saya. Setelah 10 menit bermain dengan jari Steve yang diwarnai dengan desahan dan teriakan dari mulut saya akhirnya saya mendapatkan orgasme. "You owe me one," kata Steve sambil tersenyum manis. "OK, it's your turn to get one too," jawabku. Sudah terlihat kejantanan Steve yang mengeras dan mengintip di bagian atas Speedo- nya. Kelihatan sekali size-nya yang di atas rata-rata, sudah faktor genetis kali ya kalau average size-nya orang bule di atas orang Asia. Anyway, performa tetap lebih penting daripada ukuran khan? Para cowok setuju nggak nih? Saya mulai melepas celana bikini saya dan dia pun melepas celana renangnya. Wow.. nggak kuat nih.. ternyata benar dugaan semula. Dan nggak cuman gede tapi juga keras. Setelah menjilati kejantanannya sebentar, akhirnya saya membimbingnya masuk ke 'sarang'nya. "Aaahh.." kita berdua menjerit (untung masih sepi) "Gila, memek kamu rapat amat.. licin tapi rapat," kata Steve. Tidak cuma Steve yang keenakan, saya juga sih. Rasanya punya dia seperti masuk sampai mentok deh, 20 cm sih, diameternya besar lagi. Steve senang mmemainkan payudara saya. Dicium, dipilin-pilin, dicubit dan dielus-elus. Selama ini saya di atas, dia menikmati tiap goyangan naik turun yang saya buat. Dia terlihat enjoy sambil menyaksikan gerakan payudara saya yang seirama dengan goyangan tubuh saya, semakin terasa saat dia ikut bergoyang seirama dengan saya. Tiba-tiba dia berguling dan membuat saya berada di bawahnya. Kaki saya diangkat ke bahunya dan dia memasukkan kejantanannya lebih dalam lagi. Saya pun semakin menjerit-jerit liar, "Aaahh.. Steve please, cepetin dong.. ahh.. oh.. oh.." Keringat membasahi tubuh kami berdua. Sexy sekali kelihatannya, tubuh kami mengkilap oleh keringat dan minyak di bawah siraman sinar matahari pagi. Steve merasakan otot-otot kewanitaan saya mengejang dan sesaat kemudian muncratlah cairan hangat dari dalam, bersamaan dengan itu Steve pun mencabut kemaluannya dan memuntahkan isinya di atas perut dan payudara saya. Warm, smells good dan taste good too. Saya ratakan cairan steve di kedua payudara saya dan setelah itu saya jilati jari-jari saya yang basah. "Kamu keliahatan sangat seksi dan menantang saat kamu menjilati jari-jarimu, enak kan maniku?" tanya Steve. "Sungguh nikmat dan membuatku seakan melayang di langit ketujuh," jawabku sambil tersenyum nakal. Kami berdua berbaring sejenak dan kemudian memutuskan untuk berenang di pantai. Sungguh nikmat bercinta pada pagi hari di alam terbuka. TAMAT

malam yang melelahkan

Pukul 10.00 malam, suara musik masih terdengar mendayu- dayu. Setengah jam lalu aku baru kembali dari pertemuan panjang. Melelahkan. Untung saja besok diselingi dengan 1 hari istirahat. Kucoba kembali konsentrasi ke layar televisi, ada tayangan menarik. Tapi semakin dicoba semakin aku membayangkan suasana di bar. Akhirnya kuputuskan untuk keluar. Kuganti baju terusan warna kulit berbahan kaos agak ngepas mengikuti lekuk tubuh. Tanpa lengan, dengan panjang 15 cm di atas lutut. Dan dengan belahan leher, belahan belakang serta lingkar lengan yang sangat rendah. Memamerkan lekuk buah dadaku dari depan dan samping yang tak dilindungi bra. Karena bahannya kaos, bayangan putingku tercetak jelas. Hmm.. Cukup menarik, kutatap bayangan di kaca besar dekat pintu. Yup.. Siap untuk menikmati malam ini. Kukalungkan tas kecil dengan tali panjang menyilang dan kukenakan sepatu terbuka dengan hak 4 cm. Dengan tinggi 170 cm dan berat 54 kg ukuran dada 34B, rambut tebal sebahu, aku merasa makin seksi. Hotel ini memang terkenal dengan entertainmentnya, kamar-kamarnya pun diberi nama berdasarkan jenis musik yang ada. Tiba di bar, kutebarkan pandangan ke sekeliling. Tampaknya tidak ada lagi meja kosong di depan panggung. Kupilih untuk duduk di barisan meja bar, tepat di bawah panggung. Kupesan shooter kesukaan sebagai pembuka. Hentakan musik band yang ada malam itu sungguh menggugah untuk bergoyang di tempat. Bartender tersenyum melihat aku bergoyang. "Enjoy" ujarnya seraya meletakkan minuman. "Sendiri aja?" lanjutnya "Iya. Kok rame sih hari ini?" tanyaku karena hari ini bukan malam Minggu "Oh, ladies night. Selalu rame" ujarnya kemudian menghilang sibuk dengan pesanan lain. Musik berganti, lagu Senorita dari Justin Timberlake tak bisa kulewati begitu saja. Di belakangku juga sudah mulai penuh dengan muda mudi yang asik bergoyang. Kuhabiskan shooterku dalam satu kali teguk. Kutenggelamkan diri mengikuti arus. Uhh.. Asiknya bergoyang. Tak kupikirkan lagi dengan siapa aku bergoyang, ganti berganti, kadang dengan wanita kadang dengan pria. Hingga akhirnya penyanyi band turun ke meja bar mengajak para wanita untuk bergoyang dengannya di atas meja. Tentu saja tak kulewatkan kesempatan ini. Lagu berganti lagu tapi aku terus menikmati, apalagi sang penyanyi tak mau jauh-jauh dariku. Keringat yang mengalir di badan, tak kuhiraukan. Bisa dibayangkan seperti apa pemandangan bagian depan bajuku. Tapi aku tak peduli. Semakin menarik banyak perhatian. Akhirnya tiba para pemain band harus beristirahat, musik live pun berhenti. Sang penyanyi mengucapkan terima kasih dan mengecup pipiku halus. Kuberi senyuman kecil. Kuturuni meja, agak sukar, namun sebuah uluran tangan datang membantu. "Hi, enjoy the night?" suara si pemilik tangan itu ketika aku sudah duduk di bangku. "Yeah, and.." Kutengok sebentar setelah merasa pasti. "Kamu juga?" Ia mengangguk. "Boleh saya tawarkan minuman?" "Sure." Kusebut salah satu nama cocktail dan ia memesan pada bartender. "So, sendiri aja nih. Atau suaminya lagi sibuk dengan meeting?" Aku tertawa atas pertanyaannya yang langsung dan menyelidik. Kuangkat jari jemari. "Belum laku." "Sama dong" jawabnya sambil menunjukkan 10 jarinya. Baru kuperhatikan wajahnya dengan lebih jelas. Mm.., tampan juga. Kulit sawo matang, rambut klimis tercukur rapi, dengan postur tubuh tinggi. Sangat pas. Aku tahu mungkin diapun sudah dari tadi memperhatikan gerak gerikku. Dengan duduk di bangku bar ini, ia bisa mendapatkan pemandangan lebih leluasa. Tungkai panjang yang kusilangkan, mengangkat ujung rok makin mendekat ke pangkal paha. Memamerkan pahaku yang putih mulus. Belum lagi tonjolan dada putihku yang masih dialiri keringat halus dan cetakan puting yang semakin jelas. Dengan kesibukanku melap keringat di tengkuk dan daerah sekitar dada, yang menyebabkan kedua tanganku ke atas serta memperlihatkan ketiakku, sudah semakin menambah pemandangan indah baginya. "Kamu sendiri sama siapa?" tanyaku kemudian. "Tuh, gerombolan di situ yang dari tadi rame" tunjuknya ke arah belakang kami. Tak kusangka teman- temannya malah berteriak heboh ketika tatapan kami berpaling ke arah mereka. Sekitar 6 orang berpasangan. "Nggak usah dihiraukan." Aku tersenyum dan melambai sekenanya ke arah mereka, walaupun tidak jelas apa yang diserukan ke arah kami. Perbincangan berlanjut ke topik ringan. Mm.. Pasangan yang enak diajak berbincang. Tidak membosankan, ada saja yang bisa kami bincangkan. Aku menikmati saat-saat bersamanya. Dan kami bisa lepas tertawa tanpa rasa sungkan. Tak terasa para pemain band kembali lagi manggung, gemuruh musik kembali membangunkan para muda mudi dari tempat duduk, termasuk kami berdua. Kuikuti irama musik di bangku sambil memegang gelas. Baru kusadar ada yang tertinggal, "Nama kamu siapa?" tanyaku dekat sekali di telinganya. "Sam" serunya di telinga. "Dea" sahutku memperkenalkan diri "Hi" balasnya disambung dengan kecupan halus di pipiku. Aku hanya tersenyum menanggapi kecupannya dan melanjutkan bergoyang. Hentakan musik yang keras karena hanya berjarak beberapa meter dari kami, kadang menyebabkan kami harus menempelkan mulut dan bibir di telinga lawan, sekedar melanjutkan perbincangan. Hal ini semakin mendekatkan tubuhnya dengan tubuhku. Sam sengaja berdiri sementara aku tetap duduk di bangku bar. Tangannya pun sudah tak sungkan lagi. Sudah berani memegang pundakku atau tanganku atau kadang ujung pahaku. Kubiarkan saja. Aku menikmatinya juga. Dan tak bisa ditutupi, pandangan tajam matanya sering menatap belahan putih di dadaku. Apalagi dengan jarak yang semakin dekat, tak mungkin lagi untuk menghindar. "Sam. Gantian duduk, Sam." Aku ingin berdiri. Agak pegal juga. "Ga apa-apa, aku ingin bergoyang sambil berdiri.." akhirnya Sam duduk, melihat tatapan yakinku. Aku lanjutkan lagi bergoyang. Mengangkat kedua tanganku, menggoyang pinggul, memainkan bibirku dan kadang menatap nakal ke arahnya. Begitu berulang-ulang. Mungkin tak tahan melihatku seperti itu, ditariknya pinggangku perlahan mendekat. "Kamu cantik" bisiknya di telinga dari arah belakang. Kini tubuhku berada di dalam rengkuhan, di antara kakinya, hingga ia bisa memeluk erat. "Kamu bikin aku horny" ucapnya lagi, kali ini diikuti dengan kecupan di telingaku. Aku merinding kegelian, berusaha menjauh tapi malah didekapnya aku dari belakang semakin erat. Aku membalikkan badan. Menatap, mengerling ke arah selangkangannya dan tersenyum nakal. "Really?" sekedar mengganggu. "Iya." Matanya tak lepas dari belahanku yang sudah sangat dekat di hadapan mata. "Apalagi yang putih mulus itu" Kutaruh kedua siku tanganku ke belakang, kusandarkan ke meja bar hingga dadaku semakin membusung. Dengan keringat halus yang masih menempel, benar-benar sudah semakin mencetak jelas putingku, bukan hanya ujungnya tapi lingkar sekitarnya juga tercetak jelas.. "Ga ada penahannya, loh" aku menurunkan tali bajuku setengah lengan sekedar membuktikan dan beraksi seakan mengintip buah dadaku sendiri. "Ikut liat dong" geraknya mendekat. Dengan cepat kututup lagi. "Eh, ga boleh." "Kok ga boleh. Boleh, ya. Aku harus ngapain, biar dibolehin?" rayunya cepat, memohon. Sambil pura-pura berpikir, kubusungkan dada. Sengaja kubiarkan agak lama. "Ok. Sini deh." Kudekatkan lagi bibirku ke telinganya "kalau kamu bisa buka CD-ku, kamu boleh lihat semua" kumundurkan lagi wajah, ingin melihat reaksinya. "Ha..!" tatapannya beralih ke bawah, ke arah selangkanganku yang tertutup baju dan kembali menatapku. Namun sesaat kemudian, senyum nakal dan kerlingan menghias wajahnya. "OK." Ditariknya aku ke pelukannya. Begitu dekat, berhadapan tapi bukan untuk berciuman. Kulingkarkan tanganku di lehernya. Tangannya mulai bergerilya. Menyusuri punggungku halus merayap kemudian ke lekuk pantatku, ditepuk-tepuknya sebentar dan diremas. Bikin aku terpekik sesaat. Wajah kami tetap dekat, saling menatap dan merasakan dengusan halus napas masing- masing. Makin ke bawah, kedua tangannya mendekati ujung baju. Ditariknya ke atas perlahan. Aku sempat melihat sekeliling, ingin memastikan tidak ada yang memperhatikan. "Takut ada yang liat?" Aku hanya tersenyum. Kubusungkan lagi dada, sekedar memacu gerak tangannya. Sembulan putih mulus kembali menarik tatapannya dari wajahku ke arah dada. "Pingin aku gigit. Bikin merah. Bikin basah." "Really?" tatapanku seolah menyepelekannya Sekali singkap, kedua tangannya sudah berada di balik bawahanku. Bahkan tidak hanya sekedar mengelus kedua paha tapi juga selangkanganku. "Oh.." "Basah, Dea.." ujarnya makin mendekat. Hampir seperti bisikan. Kini giliran tanganku, mengusap-usap pahanya. "Hmm.. Pake tali." Akhirnya tau juga dia. Tadi sengaja kupilih CD mini dengan tali tipis di kedua sisi. Tangannya bergerak terampil. Membuka temali satu persatu dan menarik perlahan. Uphh.. Terlepas sudah dan terasa dingin. Tak ada yang menutup selangkanganku, membuat aku merasa semakin seksi. Digenggamnya CD di tangan kiri dan 2 jari tangan kanannya yang masih di bawah, mengusap halus daerah sensitifku dari arah depan. "Ohh.." Enak sekali rasanya. "Ini, CD kamu. Baunya enak," ujarnya sambil mengacungkan CD warna senada dengan bajuku, yang diciumnya terlebih dahulu. Aku bergerak agak mundur, mengambil CD dan menyimpan di dalam tas. 2 tangannya sudah keluar dari balik baju. Diciumnya jari kanan yang sudah basah cairanku dengan penuh rasa, dan dimasukkan ke dalam mulut. Dikulumnya. Gerakan bibirnya benar- benar seksi. Membangkitkan birahi. Kutarik jarinya keluar dari mulutnya, kumasukkan dalam mulutku. Kukulum, kujilat, keluar masuk mulut, sambil menatapnya tajam. "Kamu.. Kamu bikin aku tambah horny," ujarnya lagi sambil menarik jarinya. "Really..?" lagi-lagi itu yang kuucapkan dengan manja sambil menatap nakal. Ada napas birahi mulai menyusup di antara kata-kataku. Kemudian kuraba selangkangannya. Gembulan lunak. Membesar. Kuusap- usap. Ke atas ke bawah. Bikin dia tambah panas. "Aku pingin kamu, Dea" bisiknya kemudian. Matanya penuh harap, penuh birahi. Kumainkan ujung hidungku di hidungnya sambil tertawa genit. "Aku juga pingin kamu, Sam" kerlingku memberikan lampu ijo. Sam cepat memanggil bartender dan menyelesaikan pembayaran. Kemudian kutarik tangannya, kutuntun ke tempat para muda bergoyang. Aku tahu, dia sudah tak tahan tapi masih ada keinginan untuk melantai, mumpung sebentar lagi band akan selesai dan bubaran. Kugoyangkan tubuhku dengan erotis. Mengangkat tanganku ke atas, mengacak rambutku, bergoyang menempelkan tubuhku di tubuhnya sambil sengaja membiarkan ia merasa kenyalnya buah dadaku. Tangannya pun tak mau diam, ditariknya aku mendekat. Dibiarkan aku meliuk-liuk sementara lengannya erat di pinggangku, sambil menggosok-gosok kegembulan yang ada di balik celananya ke arah selangkanganku. Genggaman eratnya turun ke arah pantat. Karena tahu pantatku telanjang, tangannya mengusap-usap nakal dari luar, menggelindingkan jarinya di belahan pantatku. Tangannya berusaha menarik ujung bajuku ke atas. Mencari yang basah di dalam. Aku berusaha menjauh, sengaja, ingin menganggunya. Tapi ditariknya lagi tubuhku. Kemudian paha kirinya mulai menggesek-gesek selangkanganku hingga mau tak mau aku mengangkat kaki kananku bertopang di pahanya. Oohh.. Sungguh tarian nakal. Aku melingkarkan lengan di lehernya dan semakin mendekatkan wajah. Pipi kami saling mengelus. Semburan panas napas kami saling bertukar. Aku tak tahan lagi. "Ikut aku, yuk" bisikku sambil menatapnya manja, penuh hembusan napas birahi. Kutarik lengannya lagi. Kali ini dengan tergesa. Kuajak dia melewati lorong hotel, menaiki tangga 1 lantai. Terasa sangat jauh. Langkah kami semakin cepat. Akhirnya, kamar terbuka. "Gak usah dinyalain, Dea." Aku membatalkan keinginan untuk menyalakan lampu kamar. Ditariknya aku lembut ke arah tempat tidur. Karena gorden tebal tidak kututup, masih ada cahaya lampu dari taman di luar yang membantu penglihatan kami. Dibiarkan aku berdiri sementara ia duduk di samping tempat tidur. Diturunkannya perlahan tali bajuku. Hingga ia bisa mendapatkan buah dada yang dari tadi diinginkannya. "Benar-benar indah." Dijilatnya perlahan. Sementara kedua tangannya melanjutkan menurunkan bajuku. "Aahh.." aku mendesah. Kuelus rambutnya halus. Jilatannya berubah menjadi cubitan nakal dengan kedua bibirnya di kedua puting. Bikin aku kelojotan. "Samm.. Enak.." "Kamu benar-benar cantik, Dea." Kini aku berdiri di depannya tanpa selembar benangpun. Kubuka kaosnya. Uuhh.. Badan yang atletis. Tulang pundak yang kokoh, diikuti dengan perut yang nyaris tanpa lemak. Kukulum putingnya. Ia berkelojotan kecil. Aku duduk di pangkuannya, seperti duduk di boncengan motor. Kulingkarkan kakiku di tubuhnya. Lidahnya dengan cepat bergerilya di leher, di pundak dan dadaku. Mengecup, menjilat, oohh.. Aku mendesah semakin menjadi. Kugosok- gosokkan selangkanganku di pangkuannya. Menghasilkan goyangan erotis tubuh telanjang. "Sam.. Puaskan aku.." erangku kemudian. Tanpa menurunkan aku, Sam berdiri, menggendongku dan meletakkan aku di tempat tidur. Dengan gerakan tangannya yang cepat, Sam menurunkan CD dan celana panjangnya sekaligus. "Wow.."

lisa kenalan baruku

Saya ingin menceritakan pengalaman saya dengan seorang teman saya yang belum lama ini terjadi. Namanya Lisa ***** (edited) yang juga adalah seorang warga keturunan. Saya mengenalnya ketika saya membaca suratnya di salah satu majalah bulan Desember yang mengatakan bahwa dia hendak berteman. Jadi akhirnya iseng-iseng saya mengirim surat kepadanya. Seminggu kemudian dia membalas surat saya. Setelah beberapa bulan berteman saya dikirimi foto oleh dia. Wah, rupanya orangnya cantik sekali. Belakangan saya mengetahui kalau tinggi dan berat badannya 167 cm dan berat 52 kg. Orangnya mempunyai postur badan yang benar- benar ideal. Akhirnya tepatnya Juni saat liburan kuliah dia memutuskan untuk datang ke Surabaya. Saya menjemputnya di bandar udara Juanda, tanggalnya saya masih ingat yaitu tanggal 22 Juni. Setelah pesawatnya tiba saya mencari-cari dia. Tidak terlalu sulit menemukan dia karena saya sudah mempunyai fotonya. Dan rupanya orangnya benar-benar cantik, kulitnya putih pokoknya tidak rugi aku kenal sama dia deh. "Halo apakah kamu yang bernama Lisa?" "Wah kamu rupanya, kamu pasti Robert kan?" "Iya benar." "Wah rupanya kamu keren yach, hahaha.." "Thanks atas pujiannya. Mau ngobrol di sini terus emangnya sampai malam." "Yah jelas nggak donk, so jadi aku nginap di Hotel **** (edited). Kamu udah booking-kan khan?" "Tentu dong, apa mau diantar sekarang?" "Boleh aku capek banget nich, ayo berangkat sekarang!" "Ayo.." Setelah 1 jam tiba di Hotel **** (edited) tersebut saya meninggalkan Lisa tentunya atas kehendaknya karena dia ingin beristirahat. Sore- sore sekitar pukul 18 :00 dia menelepon di HP saya dan menyuruh saya untuk mejemputnya makan malam. Sekitar pukul 19 :00 saya sampai di hotel, Lisa memakai baju tank top dan rok mini yang tentunya membuat semua mata cowok tertuju pada dia. Karena Lisa sudah menunggu di bawah maka tanpa basa basi saya dan dia langsung cabut. "Mau makan di mana nich?" "Terserah dech, pokoknya aku udah lapar banget dech." "Bagaimana kalau di restaurant **** (edited)." "Beres dech, pokoknya makan." Setelah makan kemudian kami berkeliling kota tanpa tujuan. Akhirnya dia memutuskan untuk main di tempat kontrakan saya. Karena saya tinggal sendirian di tempat kontrakan saya tentunya tidak ada yang bakalan marah kalau Lisa saya bawa ke kontrakan. Di kontrakan saya, kami berdua ngobrol-ngobrol sampai tidak terasa sudah jam 23 :00 WIB. "Hah udah jam segini, gimana dong?" "Wah iya yach.. kamu mau pulang sekarang? Aku antar yuk!" "Hm, nggak enak nich, masak malam- malam aku nyuruh kamu ngantar aku, biar aku pulang sendiri aja dech naik taksi." "Jangan, masak kamu pulang sendiri? Gini ajalah mending kamu nginap di sini aja. Kebetulan di sini ada kamar kosong kok. Itu kalau kamu nggak keberatan." "Ok dech, tapi jangan macam- macam yach!" Kami mengobrol sampai pukul 02 :00 pagi. Makin lama saya melihat si Lisa semakin seksi. Tubuhnya yang seksi membuat saya sangat bernafsu tapi saya tidak berani macam-macam terhadap dia. Dan kemudian akhirnya Lisa memutuskan untuk tidur. Saya mempersilakan dia tidur di kamar saya karena di sana lebih lengkap ada kamar mandi dan ber-AC, sedangkan saya sendiri tidur di kamar yang lainnya. Sewaku Lisa masuk ke kamar mandi untuk sikat gigi saya segera menyusup masuk ke kamar saya untuk mengambil beberapa barang rahasia saya, seperti boneka dan kondom yang ada di lemari saya. Malam- malam di kamar tamu karena sangat terangsang dengan keindahan tubuh Lisa saya melalukan onani dengan boneka yang saya punyai itu. Saya ingin mencari "ayam" di luar untuk melampiaskan nafsu saya tapi sungkan sama Lisa karena meninggalkan dia. Jadi akhirnya saya memutuskan melakukan onani yang ditemani boneka cantik itu. Boneka itu memang khusus untuk pria melakukan onani. Saya melepas semua pakaian yang saya kenakan lalu memasang kondom di penis saya kemudian saya mulai menindih dan melakukan onani terhadap boneka itu karena saya san gat terangsang mengingat keindahan tubuh Lisa. Saya melakukan onani dengan boneka itu sambil membayangkan saya sedang melakukan hubungan seks dengan Lisa. Malam itu saya melakukan onani sebanyak 3 kali sampai persediaan kondom saya habis. Kalau tidak pakai kondom takutnya nanti spermanya tercecer di dalam boneka sehingga saya harus mencucinya. Lalu akhirnya saya tertidur lelap tanpa memakai apapun. Pagi-pagi ketika Lisa hendak membangunkan saya, dia langsung masuk ke kamar yang lupa saya kunci. Wajahnya bersemu merah melihat saya yang tidur dalam keadaan telanjang. Saya sendiri kaget melihat dia dengan cepat menutup daerah bagian penis saya. Kemudian dia keluar dengan tergesa- gesa dengan wajah merah. Lalu saya mengenakan pakaian dan mandi dengan segera. Setelah itu kami berdua sarapan yang disiapkan oleh pembantu tidak tetap. Karena saya ingin berduaan dengan Lisa, saya menyuruh pembantu saya pulang dengan alasan saya mau keluar. Akhirnya pembantu itu pulang dan tinggal saya dan Lisa berdua. Kemudian Lisa bertanya, "Kok kamu tidur telanjang sih, terus pake boneka segala? Itu pasti boneka untuk cowok yach?" "Wah kok tau? Abis mau gimana lagi, lihat tubuh kamu yang seksi siapa yang tahan? Mau gimana lagi, satu- satunya jalan yah onani dech." "Itu salahmu, siapa suruh kamu nggak mau minta aku waktu tadi malam?" "Hah? Jadi boleh nich saya main sama kamu?" "Kalau nggak boleh ngapain aku tadi ngomong gitu." "Wah kalo gitu aku minta sekarang yach, aku dari kemarin bener-bener nggak tahan nich." "Terserah kamu aja, soalnya aku juga nafsu sama kamu nich, tapi kamu masih ada kondom khan? Aku nggak mau ah kalau nggak pakai kondom, soalnya aku ini kayaknya dalam masa subur nich." "Wah kayaknya udah habis tuh, aku pake tadi malam untuk onani. Kalau gitu aku beli dulu dech." Setelah sarapan saya segera ke apotek membeli kondom isi 12 warna hitam lalu pulang. "Nich kondomnya udah ada nich, so bisa khan mulai sekarang." "Wah udah nggak sabaran yach?" "Ya iyalah, gimana mau sabaran kalau udah dikasih lampu hijau kayak gitu. Aku bawa kamu ke kamar yach!" "Boleh." Lalu saya menggendong Lisa ke kamar sambil berciuman. Setelah di kamar saya membaringkan Lisa di tempat tidur, lalu saya menutup pintu. Setelah menutup pintu saya menuju ke ranjang dan melihat Lisa yang sudah terlentang pasrah. Tanpa membuang kesempatan lagi saya dan Lisa segera saling berpelukan, saling meraba dan saling berciuman. Rupanya ciuman Lisa tersebut sudah sangat hebatnya. Dia sepertinya sudah berpengalaman dalam kiss. Setelah berciuman beberapa waktu saya mulai melepaskan baju dan rok Lisa dengan perlahan-lahan sambil tetap berciuman. Setelah bajunya terlepas terlihat dadanya yang sangat luar biasa. Saya sambil menelan ludah beberapa kali melihat dadanya yang besar yang masih tertutup tersebut. Dadanya itu sepertinya berukuran 36B. Dengan tidak sabar lagi saya segera membuka penutup dadanya dan terlihatlah dadanya yang sangat indah tersebut. Tanpa basa basi lagi dan tanpa meminta ijin saya langsung meraba, meremas dan mengisap dadanya. Hal itu membuat Lisa merintih- rinih kenikmatan. "Oh.. uhh.. ohh pelan- pelannhh oohh.." Kemudian saya mulai meraba-raba celana dalamnya yang nampaknya sudah basah. Melihat saya meraba-raba bagian vaginanya yang masih tertutup celana dalam kemudian dia melepaskan sendiri celana dalamnya. Wow, tampaklah vaginanya yang indah dan seperti perawan (belakangan baru saya mengetahui bahwa dia mempunyai obat yang dapat merapatkan vagina). Bulu-bulunya yang tidak tebal tetapi juga tidak tipis. Bulu-bulu kelaminnya sangat rapi menambah keindahannya. Segera saya mencium dan menjilat vaginanya yang membuat dia semakin merintih kenikmatan. Tangannya menjambak rambur saya sambil sesekali juga meremas bantal, seprei dan sebagainya. Sedangkan tangan saya tetap meraba-raba dadanya yang montok itu. Sambil tetap menjilat-jilat vaginanya yang sudah semakin basah itu, saya mulai melepas pakaian saya satu persatu. Baju dan celana begitu terlepas langsu ng dilempar begitu saja oleh Lisa. Jeritan kenikmatannya makin menjadi-jadi ketika saya mencoba memasukkan jari saya ke dalam vaginanya. Hal itu membuat dia tampaknya semakin tidak tahan. Saya melakukan secara begantian. Memasukkan jari lalu menjilat dan seterusnya, hingga akhirnya, "Auhh.. aahh.. oohh.. aauu keluar.." terasa ada cairan hangat yang keluar dari vaginanya. Saat Lisa mencapai orgasme dia sampai mendekap kepala saya dengan kedua pahanya sehingga kepala saya terjepit di vaginanya, sehingga saya sempat merasakan cairan Lisa yang benar-benar tiada duanya. Setelah itu Lisa terkulai lemas, sedangkan saya belum apa-apa. Namun saya membiarkan dia dulu untuk meresapi keindahan yang baru dicapainya sambil menunggu dia kembali lagi. Dan benar, 5 menit kemudian tampaknya dia mulai bergairah kembali. Lisa langsung melepas celana dalam yang saya kenakan, lalu dia menyuruh saya berbaring. Sambil berbaring dia menjilat- jilat seluruh tubuhku membuat saya merasa keenakkan dan membuat saya melenguh berulang-ulang kali. Lalu semakin lama ciuman dan jilatan Lisa makin ke bawah, dan akhirnya sampai ke daerah penis. Penis saya waktu itu sudah tegak sekali karena ciuman Lisa yang dari tadi. Lalu Lisa mulai memasukkan penisnya ke dalam mulutnya dan, "Ohh.. iihh.." hisapannya benar-benar luar biasa, tidak pernah saya rasakan sebelumnya dengan wanita manapun. Dia sangat pandai dalam mempermainkan penis saya. Kadang-kadang dikulum bagian kepalanya lalu bagian bawah kepala lalu buah zakarku dan kadang- kadang pula disertai remasan yang tidak terlalu pelan tetapi tidak terlalu keras. Hal itu benar-benar membuat saya merasa kenikmatan bercinta. Hisapan Lisa yang luar biasa itu membuat saya ingin segera memulai permainan yang sesungguhnya. Akhirnya saya bangkit berdiri dan membaringkan Lisa. Saya menyempatkan mencium bibir Lisa, meremas dadanya dan mencium vaginanya. Dan rupanya vaginanya sudah kembali basah. Setelah itu saya mengambil posisi yang tepat untuk memasukkan penis saya ke vagina Lisa. Tetapi Lisa memperingatkan saya untuk memakai kondom. Lalu saya mengambil kondom yang tadi sudah saya beli dan segera memasangkan pada penis saya. Setelah siap, Lisa yang sedang berbaring mengambil bantal untuk ditaruh di bawah pantatnya dan saya segera duduk dan siap untuk menembakkan penis saya ke arah vaginanya. Pertama kali saya menyodokkan penis saya, tidak masuk. Lalu untuk kedua kalinya saya menyodoknya masuk dan rupanya tepat sasaran masuk ke dalam vagina Lisa. Saya memasukkannya perlahan-lahan mulai kepalanya, lalu masuk setengahnya dan akhirnya masuk seluruhnya, dan ketika saya mulai memasukkannya hal tersebut membuat Lisa menjerit kenikmatan. Saya dan Lisa sama- sama bergoyang penuh kenikmatan. Kadang- kadang saya meraba- raba dadanya atau bulu vaginanya sambil tetap mengeluar-masukkan penis saya ke dalam vagina Lisa dan memastikannya penis saya tidak keluar dari sarungnya. Setelah 10 menit kemudian Lisa meminta saya untuk mengganti posisi. Dia menyuruh saya berbaring lalu dia duduk di atas sambil bergoyang. Katanya posisi itu membuat dia cepat mencapai puncak klimaksnya. Dalam posisi itu kadang-kadang kami saling berpagutan, lalu aku meraba-raba dadanya yang sangat saya sukai bentuknya dan ukurannya. Tidak lama kemudian terasa di penis saya yang berada di dalam vagina Lisa ada cairan kenikmatan. Rupanya Lisa telah mencapai klimaksnya untuk yang kedua kalinya. Semenit kemudian saya merasa juga akan mencapai klimaksnya maka saya mulai menggerakkan badan saya dengan cepat dan "Croott.." sperma saya keluar dengan banyak dan segera saya cabut penis saya yang bersarung itu dari vagina Lisa. Lalu Lisa melepas kondom yang saya gunakan itu dan kemudian dia menjilat penis saya. Sejenak kami hening merasakan kenikmatan yang baru kami rasakan dan akhirnya kami tertidur. Saya dan Lisa melakukan kegiatan seks itu sebanyak delapan kali. Pertama dan kedua di kamar tidur saya. Ketiga di kamar mandi. Keempat, kelima sapai ke delapan di hotel t empat dia menginap. Kami benar-benar merasakan kepuasan yang tiada tara. Lisa di Surabaya cuma 4 hari. Kemudian dia pulang. Dan hari ini tanggal 15 January dia menikah karena dijodohkan.